Feminisme Belum Berakhir, Lanjutkan Perjuangan!

Judul Buku : Feminisme untuk Pemula
Penulis : Marisa Rueda, Marta Rodriguez, Susan Alice Watkins
Editor : Dian Yanuardy
Penerbit : Resist Book
Cetakan : Pertama/ 2007
Jumlah Halaman : 176
Peresensi : Lenny Ristiyani
“Kaum perempuan menuntut hak-haknya sebagai manusia seutuhnya!” (Hal.3).

Begitulah kalimat perlawanan yang dilontarkan oleh Marisa Rueda, Marta Rodriguez, dan Susan Alice Watkins dalam buku yang berjudul“Feminisme untuk pemula. Buku tersebut juga memaparkan tentang konsep konsep feminisme yang bagi kebanyakan orang istilah tersebut seperti hantu yang menakutkan mengenai persaingan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.

Namun, untuk meluruskan konsep tersebut penulis menjelaskan bahwa Feminisme ialah tentang perlawanan terhadap pembagian kerja di suatu dunia yang menetapkan kaum laki-laki sebagai yang berkuasa dalam ranah publik seperti pekerjaan, olahraga, perang, pemerintah. Sementara kaum perempuan hanya menjadi pekerja tanpa upah di rumah, dan memikul seluruh beban kehidupan keluarga (hal.3).

Sejarah Tokoh Feminisme

Disertai desain yang dipenuhi dengan gambar-gambar sehingga menambah daya tarik pembaca, buku ini memaparkan perjuangan-perjuangan tokoh perempuan yang berjuang di ranah feminisme. Kisah dari tokoh pejuang feminisme dimulai dari sebelum bangkitnya Feminisme ialah Suster Juana Ines yang dapat menjadi teladan bagi perempuan mandiri.

Juana lebih memilih menjadi birawati dari pada menikah, punya suami dan anak-anak. Menjadi biara, dirinya berfikir bahwa dia masih punya waktu untuk belajar dan menulis, karya tulisnya yang pertama dia hasilkan ialah puisi.

Buku ini menjelaskan bahwa pada masa feodal pertama kali muncul ide tentang laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan  sebagai ibu rumah tangga yang secara ekonomi bergantung pada laki-laki. Pertengahan abad ke-18 perempuan mulai tercerahkan dengan memunculkan persoalan tentang ketidaksetaraan yang dialami oleh kaum perempuan, serta mulai menantang tirani laki-laki dalam rumah tangga.

Tokoh feminisme yang diceritakan dalam buku ini ialah Jean-Jacques Rousseau (1712-1778), yang menyerang tentang ketidakadilan sosial di dunia pendidikan. Selanjutnya Mary Wollstonecraft (1759-1797) dari Negara Inggris yang menentang sikap-sikap maskulin. Ia lahir dari keluarga yang didominasi oleh ayahnya yang cerewet dan pemalas yang sering melakukan kekerasan saat mabuk, dan dengan seorang ibu yang membiarkan.

Pengalaman hidup yang dialami oleh Mary, membuatnya menentang tirani rumah tangga. Selain itu, bagi Mary ketergantungan ekonomi kaum perempuan kepada laki-laki dalam pernikahan merupakan “pelacuran yang legal”. Dia menggambarkan pembagian kerja antara suami-suami pencari nafkah dan istri-istri tetap tinggal dirumah adalah terkurung dalam sangkar seperti halnya binatang jinak.

Tentang Gerakan Perempuan

Buku yang di terbitkan oleh Resist Book ini juga menerangkan tentang gerakan perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya. Dimulai dari gerakan Revolusi Perancis: 1789, dimulai dari gerakan kaum perempuan Jocobin radikal yang menginginkan dihapuskannya Monarki. Mereka menuntut hak perempuan untuk memilih dan untuk memegang jabatan-jabatan sipil dan militer tertinggi dalam republik yang baru.

Gerakan perempuan selanjutnya ialah gerakan kaum perempuan Girondin moderat yang menginginkan suatu monarki konstitusional, serta berkat dukungan kaum Girondin undang-undang perceraian yang pro perempuan disahkan oleh Dewan Konstitusional. Adanya gerakan perempuan diatas memunculkan generasi feminisme.

Generasi pertama corak feminisme  ialah perempuan dari Lagham place dengan diinisiatori oleh Barbara Leigh Smith pada tahun 1858 yang berhasil meluncurkan English Woman’s Journal. Sebuah jurnal yang berisi tentang hak-hak perempuan untuk bekerja, mendapatkan pendidikan, hak hukum dan hak pilih.

Selanjutnya muncul generasi kedua corak feminisme yaitu feminisme kemurnian sosial, yang memfokuskan pada usaha untuk menjembatani pemisahan antara istri yang punya kehormatan dan perempuan penghibur yang terbuang secara sosial.

Secara gamblang dalam bagian terakhir buku ini juga membedakan tiga arus utama dalam gerakan perempuan. Pertama Feminis Radikal, kaum feminis radikal memandang bahwa masalah utama perempuan ialah Patriarki, yaitu seluruh sistem kekuasaan laki-laki atas perempuan. Perempuan adalah satu kelas dan laki-laki ialah kelas yang lain. Cara yang dilakukan untuk memperjuangkannya ialah dengan kampanye dan demonstrasi.

Kedua, Feminis Sosialis yang mengatakan bahwa problem utamanya ialah kombinasi dominasi laki-laki dan eksploitasi kelas. Mereka lebih menekankan pada pembangunan aliansi dengan kelompok-kelompok dan kelas-kelas tertindas lainnya.

Ketiga, Feminis Liberal yang menganggap problemnya ialah prasangka, sistem ini harus diperbaiki bukan ditambahi, yang dibutuhkan adalah perbanyak untuk-undang kesetaraan hak, teladan-teladan yang lebih positif agar gadis-gadis lebih percaya diri. Langkah yang ditempuh ialah konsentrasi pada lobi pemerintah demi reforma pro perempuan dan berusaha mempengaruhi para pengambil kebijakan.

Ide-ide dan Isu-isu Gerakan Perempuan

Buku yang layak untuk dikonsumsi bagi pemula yang ingin belajar tentang feminisme ini juga menyebutkan beberapa hal yang ingin diubah oleh gerakan feminisme dari zaman Mary Wollstonecraft, antara lain : seksualitas. Kaum feminis menyuarakan praktik-praktik seks yang kenikmatannya melibatkan kedua pasangan, baik secara emosi maupun fisik. Pemerkosaan, kasus ini hanya bisa dicegah dengan cara laki-laki harus berhenti memerkosa.

“Semua laki-laki adalah pemerkosa, semua perempuan adalah korban!.”hal.141

Kedua citra tubuh, perempuan-perempuan terutama remaja-remaja putri mengalami tekanan yang hebat untuk menyesuaikan dirinya dengan kompetisi kecantikan yang berlangsung secara kontinyu. Mereka harus menilai dan mengkritsi tubuh mereka sendiri dari luar selayaknya laki-laki yang melihat tubuh mereka, dan pada saat yang bersamaan harus menyangkal tubuh mereka sendiri di dalam batin.

Lalu pornografi, banyak gambar-gambar tubuh perempuan dalam majalah porno dan gambar-gambar gantungan yang sangat menarik perhatian. Selanjutnya Menentang sensor. Menyensor pornografi akan terbukti tak bermanfaat, tindakan itu hanya akan mengalihkan pornografi kepada kejahatan terorganisir.

Buku setebal 176 halaman ini juga memberikan pemaparannya dalam berbagai tema-tema keperempuanan seperti menjadi istri dan menjadi ibu, Pengasuhan anak dan pembagian peran berdasarkan jenis kelamin, kekerasan rumah tangga, kelahiran anak yang normal, yang kesemuanya menarasikan kesadaran perempuan akan penindasan yang dialaminya.

Secara keseluruhan pembahasan sejarah tokoh feminisme dalam buku ini menceritakan tentang tokoh-tokoh luar negeri. Namun hal tersebut dapat menjadi semangat baru bagi penulis yang lain untuk menggali dan melanjutkan perjuangan tokoh-tokoh feminisme di Indonesia. Selain itu juga dapat menjadikan seseorang yang ingin belajar tertang feminisme lebih semangat karena sebenarnya memang gerakan feminism belum berakhir dan harus di lanjutkan.