![]() |
Sumber : miro.medium.com |
Setelah membaca dan mempraktekkan ini, dijamin lebih tetap-ingat buku-buku yang kamu baca. Berlaku untuk buku non-fiksi.
Banyak membaca buku, bukan jaminan kepintaran. Bagaimana melatih agar tetap-mengingat (retain) isi buku yang kamu baca?
Sudah meminjam (atau membeli buku), lalu membaca, menghabiskan waktu, namun setelah itu lupa, tidak bisa menceritakan-kembali isinya.
Masalah ini disebut “retain”, tetap-ingat apa yang sudah dibaca. Kemampuan ini bisa dilatih, setiap membaca buku. Tanpa melatih “retain”, banyak membaca buku tidak membuat orang bertambah pintar, hanya nikmat selama membaca, lalu lupa isinya bagaimana.
Yang terjadi nanti, setelah mengasah kemampuan retain, sebaliknya: kamu bisa mengingat apa yang kamu baca, bisa memanfaatkan waktu 10 menit, tanpa terganggu. Ingat, tidak ada cara mudah pada awalnya.
Kamu akan mempelajari ini:
Banyak membaca buku, bukan jaminan kepintaran. Bagaimana melatih agar tetap-mengingat (retain) isi buku yang kamu baca?
Sudah meminjam (atau membeli buku), lalu membaca, menghabiskan waktu, namun setelah itu lupa, tidak bisa menceritakan-kembali isinya.
Masalah ini disebut “retain”, tetap-ingat apa yang sudah dibaca. Kemampuan ini bisa dilatih, setiap membaca buku. Tanpa melatih “retain”, banyak membaca buku tidak membuat orang bertambah pintar, hanya nikmat selama membaca, lalu lupa isinya bagaimana.
Yang terjadi nanti, setelah mengasah kemampuan retain, sebaliknya: kamu bisa mengingat apa yang kamu baca, bisa memanfaatkan waktu 10 menit, tanpa terganggu. Ingat, tidak ada cara mudah pada awalnya.
Kamu akan mempelajari ini:
- Tujuan Membaca Buku
- Teori Mengingat: “Rewire”, Bukan Seperti Menyimpan File
- Waktu Akumulatif dan Menciptakan Lingkungan Baca
- Metode Pareto 20/80 dan Pomodoro
- Lama Membaca Daftar Isi dan Indeks
- Teori Hook: Menciptakan Pemicu Eksternal
- Pertanyaan Selama Membaca Daftar Isi
- Indeks dan Keyword
- Menyiapkan Pertanyaan Selama Membaca
- Membaca Pengantar dan Pendahuluan
- Membuat Catatan Selama Membaca
- Jenis-jenis Membaca
- Mencari 1 Kalimat tentang Buku Ini
- 3 Gagasan, 3 Kutipan
- Apa yang Bisa Diterapkan dari Buku Ini?
- Studi Kasus
- Pohon Pengetahuan Menurut Elon Musk
- Metode QEC untuk Menjawab dan Mengingat Cepat
- Buat Mind Map Selama Membaca
- Catatan Pinggir (Marginalia)
- Membaca dengan Android
Tujuan Membaca Buku
Mengapa orang membaca buku?Mempelajari sesuatu. Melarikan-diri dari kejenuhan. Membenarkan apa yang ia percaya. Mengetahui bahwa kita tidak sendirian. Menemukan gagasan baru. Belajar berpikir. Mencari ilmu. Memeproleh semangat. Berani mencapai mimpi. Memupuk harapan. Memperkuat rasa percaya-diri. Belajar menulis. Sedang jatuh cinta. Berurusan dengan bisnis buku. Menyelesaikan tugas.
Teori Mengingat: “Rewire“, Bukan Seperti Menyimpan File
Proses mengingat, bukanlah meletakkan informasi ke dalam salah satu rak di otak.Yang kamu simpan hanya data yang bersifat numerik, statistik, dan trivia, seperti: Siapa nama sutradara film Pulp Fiction?
Mengingat, sebenarnya lebih banyak kepada bentuk mengingat “pengambilan keputusan” (decision making) dan “memahami” (understanding).
Mengingat sebenarnya adalah “menyusun-ulang kabel” (rewire).
Semua data yang pernah masuk, menghasilkan jawaban berbeda, jika ada data lain. Terutama ketika menghadapi pertanyaan “mengapa” (why) dan “bagaimana” (how). Kalau menanyakan “Mengapa terjadi Perang Jawa di bawah pimpinan Diponegoro?”, maka ingatan seperti ini akan berbentuk “rewire”. Jawaban orang tentang mengapa terjadi Perang Jawa, bisa jadi berbeda-beda.
Waktu Akumulatif dan Menciptakan Lingkungan Baca
Kamu tidak punya waktu dan lingkungan membaca yang steril. Akumulasi waktu, ciptakan lingkungan membaca.Waktu selalu berlalu, sering dibuang, seolah-olah waktu tidak lebih berharga dibandingkan dengan kesehatan ataupun uang. Manfaatkan waktu. Kamu tidak punya waktu. Lindungi waktumu. Buatlah jadwal, dedikasikan waktu untuk jadwal membaca.
Kesalahan orang dalam membaca buku, terkait waktu, adalah merasa tidak punya waktu.
Jika tidak punya 1-2 jam waktu membaca non-stop, buatlah akumulasi. Durasi 60 menit, bisa dari 6 menit sebanyak 10 kali. Ini bisa didapatkan dari: menunggu antrian, sebelum mencuci pakaian, di tengah istirahat siang, dll. Kalau dilakukan 2 kali (selama 2 hari), sama dengan memakai waktu 120 menit. Saya memakai cara ini untuk membaca buku pada jam sibuk. Jika punya waktu, alokasikan untuk membaca. Jangan membaca buku-buku berat sebelum tidur. Membaca sebelum tidur itu baik, kalau tidak mengantuk dan tidak sambil tiduran. Membaca semalaman untuk kejar-tayang atau untuk mengerjakan tugas, bagus jika kamu punya stamina membaca.
Metode Pareto 20/80 dan Pomodoro
Justru membaca dengan break, hasilnya lebih optimal.Membaca semalaman, hasilnya sering lebih buruk, daripada membaca dengan beberapa kali break.
Justru membaca dengan jeda, hasilnya lebih optimal.
Menurut Pareto, penemu metode Pareto 20/80, apa yang kamu lakukan sebanyak 20% waktu di awal, memberikan kontribusi 80% hasil.
Metode ini diterapkan dalam Metode Pomodoro. Agar hasilmu lebih optimal, buatlah target akan mengerjakan apa selama 20 menit ke depan, kemudian, break selama 5 menit. Itu 1 Pomodoro. Lanjutkan lagi. Hasilnya, akan lebih kelihatan.
Jadi, pecah pekerjaan besar (membaca buku) menjadi beberapa Pomodoro: target akan mengerjakan apa, kemudian break sebentar.
Jika butuh lingkungan nyaman, tanpa gangguan, tidak bisa. Ubah cara kamu fokus.
Ada halaman yang perlu kamu baca secara scanning, ada bagian tertentu yang harus secara skimming. Perlakukan jenis halaman, secara berbeda. Semakin sering kamu membaca buku, semakin cepat kamu memahami isi buku.
Lama Membaca Daftar Isi dan Indeks
Lihat Daftar Isi. Kalau mau berhasil dalam membaca, cobalah lebih lama membaca Daftar Isi.
Jangan lewatkan. Baca Daftar Isi berkali-kali. Daftar Isi bisa kamu jadikan pegangan selama membuat ringkasan, menandai bab mana yang paling utama.
Kenali pembahasan mana yang sudah pernah kamu dapatkan. Misalnya, buku yang sedang kamu baca ini bukan buku pertama tentang psikologi. Sebelumnya, kamu sudah mengenal beberapa subtema di dalamnya. Berikan pengantar pengenal kepada pikiranmu sendiri, misalnya, “Kamu sudah pernah membaca ini, masih ingat?”.
Daftar isi adalah pemicu eksternal paling utama.
Teori Hook: Menciptakan Pemicu Eksternal
Kreativitas itu “reaksi”. Apa “aksi”nya? Tanpa ada pemicu (aksi), tidak ada perubahan perilaku. Membaca juga demikian.Menurut Nir Eyal, pakar perilaku konsumen yang memecahkan masalah mengapa orang kecanduan media sosial, dalam buku Hook, berpendapat bahwa perubahan perilaku konsumen (manusia), terjadi karena memberi tanggapan terhadap pemicu eksternal. Kalau mau berpikiran kreatif, berikan pemicu yang bisa menimbulkan reaksi positif. Orang melihat notifikasi, mendapatkan angka yang belum diperiksa, dan kabar terkait di Beranda, itulah “pemicu”.
Jadikan Daftar Isi sebagai pemicu, untuk membangkitkan apa yang pernah kamu tahu, walaupun sepintas.
Membaca Daftar Isi, mengantar orang kepada pertanyaan. Berita baiknya, kamu memiliki modal untuk melakukan komparasi (pembandingan) antara gagasan buku ini dengan gagasan yang sudah pernah kamu dapatkan. Berita buruknya, kamu menjadi pembaca yang tak-bersih. No problem. Yang penting, kamu sudah menyiapkan pikiran terbuka untuk menerima adanya masukan baru (dari buku ini). Jangan memaksakan pemahaman dengan menerima-begitu-saja (taken for granted) gagasan orang lain.
Pertanyaan Selama Membaca Daftar Isi
Siapkan pertanyaan selama membaca daftar isi. Bab mana yang pernah saya baca pembahasannya?
Ingat, bagian mana yang pernah kamu kenal sebelumnya. Pada tahapan ini, kamu melakukan komparasi. Biasanya, saya melompat ke bab yang ingin saya buka. Misalnya, buku psikologi, ada bab yang berjudul “Emosi”. Saya membuka bab itu, membaca sepintas. Kalau menarik, saya akan baca nanti.
Saya siap membandingkan dengan apa yang pernah saya baca, dengan metode komparasi.
Komparasi dapat menjawab pertanyaan berikut: Apa perbedaan A dan B? Apa kekuatan dan kelebihan antara A dan B?
Bagaimana buku ini disusun?
Daftar isi memperlihatkan cara berpikir penulisnya. Dengan memahami cara seseorang berbicara, kita mengenali jalan pemikirannya. Apakah penulis ini mengandalkan bukti? Apakah ia tipe orang yang convergent, yang melakukan sintesis beberapa gagasan orang? Apakah ia lebih suka melakukan perenungan tanpa ada ajakan bertindak dan langkah yang bisa diterapkan? Apakah buku ini disusun untuk memberikan perspektif baru atas masalah lama? Ini bisa dilihat dari Daftar Isi. Kalau kamu bisa menebak model mental penulisnya, maka dengan mudah kamu bisa mengikut jalan pikirannya.
Kalau kumpulan tulisan, saya tidak menganggapnya sebagai buku, sekalipun menggunakan kerangka penyusunan topik yang bagus. Anggap saja itu kliping dengan sebuah cover.
Buatlah pertanyaan berikut sebelum membaca.
- Buku ini menjawab masalah apa?
- Bagaimana cara buku ini menjelaskan?
- Buku ini bisa untuk melakukan apa?
Indeks dan Keyword
Indeks berada di akhir buku. Bentuknya, daftar kata-kunci (keyword), urut abjad, dan halaman yang memuat indeks itu. Buku ilmiah yang bagus memiliki indeks.Mengapa saya sarankan membaca indeks lebih dulu sebelum isinya?
Jawaban singkatnya, karena berisi keyword. Google mengutamakan keyword. Dari 1 keyword, ada keyword terkait. Kelak, yang perlu dituliskan dalam catatan membaca adalah keyword. Manfaat membaca indeks, untuk melihat kesesuaian antara daftar isi dengan isinya. Dan melihat seberapa banyak suatu keyword dibahas dalam buku itu.
Kalau suatu buku membahas teori psikologi Carl Gustav Jung, saya akan mencari keyword utama: persona, shadow, anima atau animus, dan Self (Diri).
Ada berapa halaman yang membahas keyword itu?
Cara melihat berapa banyak, tentu sangat mudah: lihat keyword dari indeks, lalu buka halamannya. Baca dengan teknik “scanning” (sepintas, hanya memcari apa yang kamu butuhkan). Untuk membaca dengan teknik skimming (membaca cermat, teliti, kata per kata), lakukan di langkah berikutnya. Belum sekarang.
Bukan rahasia, banyak orang suka membalik majalah atau buku dari belakang. Kalau kamu termasuk pembaca dari belakang, indeks memberimu kesempatan “menebak” apa isi bukunya.
Menyiapkan Pertanyaan Selama Membaca
Pertanyaan, seperti suatu jembatan. Saya sekarang berada di keadaan A (memiliki masalah), kemudian ingin sampai ke keadaan B (mendapatkan jawaban dari buku ini).Jenis actionable book (buku yang bisa dipakai untuk bertindak), menyajikan pintasan yang berisi “lakukan cara tercepat ini”. Tentu saja kamu bisa memodifikasi, tidak sepenuhnya sama. Actionable book membuat orang bisa menjelaskan apa isinya.
Misalnya, saya membaca buku How to Analyze People. Menurut review, buku ini berisi metode cepat dan akurat untuk menganalisis kepribadian seseorang. Saya menuliskan beberapa pertanyaan di dalam pikiran: Bagaimana cara tercepat menganalisis orang? Apa bedanya buku ini dengan buku yang isinya menebak kepribadian orang? Apakah saya bisa membuat daftar-periksa yang bisa saya pakai nanti, untuk menganalisis orang?
Tentukan ini jenis buku apa, agar pertanyaan yang diajukan masih berhubungan dengan buku ini.
Buku yang baik, selalu menjawab pertanyaan dan dapat mengubah hidup saya.
Apa ukurannya kamu bisa memahami [sebagian] penjelasan dalam buku? Kalau kamu bisa menerangkan kepada orang lain. Ini yang membawa saya kepada suatu pertanyaan antisipasi, “Kalau nanti kawan saya bertanya tentang ini, bagaimana saya menjelaskannya?”.
Misalnya, saya membaca buku Palmstry, tentang membaca garis tangan. Saya perlu praktekkan isi buku itu, di bawah pertanyaan “Bagaimana jika saya nanti membaca garis tangan kawan saya?”.
Akhirnya, ketika bertemu kawan, saya berani bilang, “Kamu tahu cara membaca garis tangan? Saya bisa. Boleh saya baca garis tangan kamu?”.
Membaca Pengantar dan Pendahuluan
Bagian ini bisa kamu lewati. Ada baiknya membaca pengantar. Bagian pengantar menjelaskan apa isi buku itu serta catatan tentang metodologi dan bagaimana pemikiran penulis buku itu.
Kalau tidak suka bagian pengantar atau pendahuluan, coba baca secara scanning. Buatl penanda, untuk pembuktian nanti, apakah kata pengantar sesuai dengan isinya.
Kalau sebuah buku ilmiah sudah catat metodologi (ini kelihatan dari daftar isi dan pendahuluan), biasanya tidak saya teruskan.
Membuat Catatan Selama Membaca
Membutuhkan waktu 3,5 jam. 90 menit untuk membuat kompresi catatan, 2 jam untuk menjawab pertanyaan.
Masukkan konsep utama dan fakta, ke dalam 1 halaman kertas A4 atau F4. Gunakan tulisan tangan biarpun kamu merasa tulisanmu buruk.
Yang harus masuk di kertas: konsep, fakta, contoh kasus, dan hubungan. Kalau perkuliahanmu ada beberapa sesi, jadikan dalam 1 halaman.
Jangan melakukan penundaan. Waktu terbaik untuk mempelajari, terjadi pada kali pertama ketika kamu “belum tahu”. Kalau ada pertanyaan yang belum teejawab, fakta yang tak-terhubungkan, segera cari jawabannya.
Jadi, target kamu adalah membuat ringkasan 1 halaman, dengan tulisan tangan, yang memuat konsep terpenting, keyword, hubungan, dan struktur gagasan buku ini.
Jenis-jenis Membaca
Ada beberapa jenis membaca:
- Membaca dengan Memeriksa. Bentuknya, membaca “scanning“, yaitu mencari sesuatu dan mengabaikan selainnya. Misalnya, mencari “apa arti metodologi“, maka yang dicari hanya pengertian atau definisi metodologi, selainnya, abaikan saja.
- Membaca Analitik. Ini berarti memahami alur buku. Ini jenis buku apa? Masuk ke dalam kategori apa? Pahami proposisi penulis. Cari mana yang ditekankan oleh penulis, kemudian uraikan kembali bagian-bagian penting. Pisahkan kalimat kunci dari teks buku, pahami argumen, bukti, data, dan hubungan logis yang tertulis.
Jangan mengandalkan smartphone. Sangat merepotkan kalau mencatat dengan smartphone ketika membaca buku. Gunakan kertas dan bulpen, itu lebih bagus untuk memori otak, daripada memotret dan menyimpan di smartphone.
Kamu perlu mengingat, bukan memotret. Kalau memotret suatu halaman, karena malas mengingat, itu sama saja dengan memfungsikan Android sebagai memori eksternal pikiranmu. Itu sama sekali bukan mengingat, melainkan mengenang.
Kalau mau dijadikan quote, tidaklah masalah. Saran saya, jangan terburu-buru pamer quote dan cover buku. Hindari memposting buku yang belum selesai kamu baca.
Apa yang perlu dicatat dan diingat?
Mencari 1 Kalimat tentang Buku Ini
Jika buku ini diringkas menjadi 1 kalimat, seperti apa?
Tidak harus 1 kalimat. Kalau hasilnya 1 paragraf, tidak masalah. Setiap buku bisa diringkas menjadi 1 kalimat. Yang terbaik, kalau kamu menemukan ide ibuku itu.
Misalnya, saya membaca buku berjudul Detecting Lies, saya membuat ringkasan begini:
Buku hasil penelitian 5 perwira senior CIA tentang cara mendeteksi kebohongan, lengkap dengan contoh kasus dan pelatihan. Cara terbaik mendeteksi kebohongan, dengan: “timing” dan “clustering“.
Kamu membutuhkan 1 kalimat (atau 1 paragraf) ini. Kamu akan memakainya ketika menceritakan isinya kepada orang lain, memakainya sebagai pembuka di resensi, dll.
3 Gagasan, 3 Kutipan
Boleh lebih. Dapat 3 gagasan, sudah bagus.Kamu bisa dapatkan dengan menjawab pertanyaan berikut:
- Apa yang baru dari buku ini? Apakah kebaruan itu dari sisi tema, perspektif, atau masalah yang disampaikan? Atau membuat pengertian baru?
- Bagaimana buku ini menjawab suatu masalah?
- Bagaimana skema gagasan (mind map) buku ini?
Apa yang Bisa Diterapkan dari Buku Ini?
Jika buku ini punya [beberapa] keyword yang memiliki pengertian berbeda, dari pengertian umum, buat deskripsi atau penjelasan.
Misalnya, kata “shadow” (bayangan) bagi Carl Gustav Jung, memiliki pengertian khusus.
Jadikan membaca sebagai prioritas utama sebelum memberikan penugasan, termasuk penugasan untuk diri sendiri, adalah “mempelajari cara belajar”.
Hanya memperoleh informasi, dari Google atau buku, belumlah belajar. Membaca banyak buku, atau membeli banyak buku, tidak bisa menjadi ukuran kepintaran. Dalam hal membaca buku, kepintaran ditentukan oleh: “retain”, kemampuan menjelaskan, dan menerapkan isi buku.
Serap informasi, ubah menjadi ingatan jangka panjang.
“Bagaimana kalau saya potret saja?” Bukankah saya hanya perlu mengaktifkan Google Assistant untuk bertanya apa saja, kalau mau tahu apa saja? Atau memotret halamannya, agar bisa saya lihat lagi?
Apa yang ingin dilakukan orang-orang, yang ingin memperpanjang pikirannya, ke dalam Android dan kamera, adalah tidak mau buang-waktu dengan perincian yang tak-penting bagi ingatan. Jika bisa mengingat skema gagasan buku itu (yang kamu tulis sendiri, selama membaca), maka kamu tidak perlu memindahkan ingatan ke Android.
Studi Kasus
Studi kasus berarti melihat berlakunya teori atau konsep, dalam suatu kasus. Studi kasus berarti membuat analogi, berpikir induktif (dari peristiwa spesifik ke teori), semudah mengingat cerita, dan teori yang ada di dalamnya, hanya perlu diingat dengan suatu cerita. Studi kasus berisi jawaban, berdasarkan teori. Menjelajahi studi kasus, membuat kamu bisa mengajarkan teori kepada orang lain dan tahu cara menerapkan teori itu.Misalnya, kamu sedang mempelajari buku psikologi Jacques Lacan. di situ ada teori “persona”, yang memakai analogi seorang anak kecil yang bercermin. Dengan analogi, suatu teori lebih mudah dipahami. Untuk mengingatnya, setiap bercermin, ingatlah teori “persona” Lacan.
- Studi kasus menanyakan :
Apakah ini “fakta empiris”? Teori apa yang sedang berlangsung di sini? Fakta empiris berarti fakta yang ada teorinya. - Kalau ini “contoh penerapan”,
- bagaimana teorinya?
- Bagaimana kalau ini dikembangkan?
- Apa yang terjadi kalau kasusnya lebih sulit?
- Temukan pola dan struktur konsep atau teori yang kamu pelajari.
Tanyakan “mengapa” dan “bagaimana”. Pertanyaan “mengapa” menanyakan “genealogi”, bagaimana konsep ini terbentuk. Pertanyaan “bagaimana” menanyakan detail, contoh, analogi, penerapan, dll.
Tanyakan “apa yang terjadi jika..” dan “bagaimana kalau..”. Kedua pertanyaan ini berkaitan dengan pengembangan dan kemungkinan.
Buatlah pengmbangan dan jelajahi kemungkinan.
Punya masalah baru dan belum ada jawaban dari buku ini? Bagus. Gunakan pertanyaan baru itu, untuk mencari jawaban di buku lain.
Belajar secara tematik, membuat kamu semakin memahami suatu teori. Sebenarnya, dalam setiap mata kuliah, sudah ada kebiasaan bagus: penugasan membuat paper (makalah), di mana 1 paper menggunakan 3-5 buku utama, yang tematik, namun sayangnya perkuliahan terlalu banyak tugas sehingga fokus untuk mempelajari buku harus dilakukan dengan cepat, diburu deadline presentasi. Biarpun tidak ada tugas, tetaplah membaca buku.
Pohon Pengetahuan Menurut Elon Musk
Elon Musk tidak mengandaikan mind map berbentuk pohon. Ini lebih baik daripada mind map biasa.Elon Musk merekomendasikan untuk melihat pengetahuan sebagai pohon. Ini sebenarnya “mind map”. Kalau biasanya dalam “mind map” ada ide di tengah dan kemudian bercabang-cabang, pohon Elon Musk berpijak kepada kekuatan akar dan batang. Sebuah pohon memiliki akar (metafora untuk apa yang tak-tampak, serta pengetahuan yang membentuk gagasan buku), batang
Belajar bukanlah mengingat informasi kemudian berhenti. Fase berikutnya adalah menghubungkan informasi yang sudah kamu ingat. Mind map membuat hubungan.
Tidak ada penambahan cabang tanpa batang yang kokoh. Cabang dan dedaunan adalah detail. Tanpa batang dan akar kuat, detail akan tertiup angin.
Anak kecil bisa menghafal “Ibukota Semarang sekarang adalah Jawa Tengah”, namun berbeda jika anak itu membuat peta, lebih kuat lagi jika ia diajak ibunya ngopi Kota Lama Semarang. Ingatannya tentang “informasi” berupa “Ibukota Semarang sekarang adalah Jawa Tengah”, terhubung dengan kenyataan bernama: kota, kafe, traveling, rute, dll. Anak itu membentuk pohon pengetahuan dengan batang yang kuat.
Mencatat apa yang kamu baca adalah asisten terbaik untuk mengingat. Mencatat itu mengingat-kembali sambil membaca.
Proses: Saya membaca, memahami, lalu menuliskan-ulang (menurut versi saya) apa yang baru saja saya baca. Mind map dan ringkasan per bab berupa bulatan dan penomoran yang saya buat, detail itu ada di pikiran saya. Jika nanti ingin membaca lagi, ringkasan ini saya baca lebih dahulu. Jika kurang jelas, baru buka kembali buku itu. Saya memahami dan bisa menjelaskan detail buku itu kepada orang lain.
Metode QEC untuk Menjawab dan Mengingat Cepat
Cal Newport, ilmuwan peraih Nobel, memperkenalkan metode QEC (Question – Evidence – Conclusion).Untuk mengingat secara cepat: buat pertanyaan, cari bukti (jawaban) di buku itu, kemudian buat kesimpulan sendiri. Dalam bahasa singkat, ketika membaca, kamu perlu bertanya, “Buku ini menjawab apa? Kalau saya punya pertanyaan X, bagaimana jawaban buku ini?”.
Mulai sekarang, jika membaca, lakukan pembacaan aktif, dengan niat sadar untuk memahami, mengintegrasikan, dan mengevaluasi informasi yang kamu baca.
Jangan percaya pada 1 teknik ampuh untuk membaca buku. Tidak ada. Setiap buku membutuhkan perlakuan berbeda. Itu sebabnya saya batasi tulisan ini hanya untuk actionable book.
Saya bisa membaca sangat cepat, namun tidak pernah menentukan “harus cepat” di semua bagian buku. Ada beberapa bagian di mana saya menikmati membaca lambat, ketika melakukan evaluasi dan analisis.
Buat Mind Map Selama Membaca
Mind mapping adalah teknik visual untuk merangkum materi yang secara khusus dirancang untuk tujuan membangun gambaran mental dan melihat koneksi baru. Ini sempurna untuk memahami gambaran luas dan memperbarui representasi mental Anda dari realitas Anda – karena peta pikiran adalah representasi visual dari kenyataan. Ini yang membuat pikiran selalu aktif selama membaca.
Bagaimana cara membuat mind map?
Mulai dengan subjek (ide utama buku ini) kemudian buat percabangan, berisi keyword dan penjelasan singkat. Jangan memakai kalimat. Berikan warna untuk bagian-bagian berbeda. Tambahkan simbol (terutama panah dan bulatan) atau gambar pendukung.
Mind map analog (dengan bolpen dan kertas), lebih bagus daripada memakai perangkat digital. Kalau sudah siap, barulah proses secara digital, misalnya menggunakan VYM (View Your Mind) untuk presentasi.
Saya lebih suka model mind map seperti “pohon”, sebagaimana rekomendasi Elon Musk. Bentuknya tidak harus seperti mind map. Tujuan mencatat secara visual di sini adalah untuk mendapatkan gambaran utuh.
Gunakan hanya “keyword”. Gunakan bulatan dan penomoran di halaman lain, untuk mencatat gagasan menarik. Ini seperti membuat “rapid log” ketika menuliskan catatan harian. Buat ringkasan per bab.
Katakan kepada diri sendiri, “Saya sedang membaca. Saya telah melindungi waktu saya.”
Catatan Pinggir (Marginalia)
Marginalia adalah catatan di pinggir halaman yang kosong. Ini buku saya sendiri, jadi, bebas kalau saya corat-coret. Tidak semua orang menyukai cara ini, karena, mereka ingin bukunya tetap bersih, atau dalam kasus yang lebih sering: dilarang mencoret-coret, ini buku pinjaman milik teman atau perpustakaan.
Jika demikian, tulis di kertas tersendiri. Selama membuat mind map, kamu bisa menambahkan catatan kecil, kalau perlu dengan tinta dengan warna berbeda. Marginalia bisa berupa keyword, penanda jawaban atas suatu pertanyaan, keberatan atau pertanyaan kamu, dan “hubungan” antara bacaan ini dengan teori lain. Marginalia harus segera dibuat agar kamu tidak kehilangan “bukti” dan “hubungan”.
Menulis marginalia bukanlah pekerjaan mudah, hanya pada awalnya. Ini sama seperti membongkar akar dan memperlihatkan gerakan air yang menaik, dari akar ke batang. Jangan mentarget buku ini harus selesai berapa jam. Perlambat konsentrasi, asalkan hasilnya bagus. Membaca sangat lama namun menghasilkan pemahaman dan menemukan banyak hal, itu bagus untuk ingatan jangka-panjang.
Saya membaca novel Arok Dedes karya Pramoedya, sampai 3 kali. Pertama membaca secara keseluruhan, kemudian membaca sambil memeriksa detailnya. Hasilnya, esai sastra yang mengkritik karya yang dianggap bagus itu. Tentu saja mendapatkan banyak tentangan dari kawan-kawan, yang penting, saya dapat mempertanggunjawabkan secara ilmiah.
Membaca dengan Android
Saya sering bertentangan-pendapat dengan kawan-kawan yang suka membaca buku, karena sering menyarankan untuk membaca ebook.
Mengkoleksi buku digital, sangat saya sarankan. Paperless, tanpa-kertas. Lebih praktis, bisa dibaca kapan saja dari Android, tanpa ruang, tanpa perawatan-mahal.
Saya membaca majalah-majalah terbaru, buku-buku “terlaris bulan ini” dari Amazon dan New York Time, serta buku-buku yang sesuai dengan pekerjaan saya.
Saya suka membaca format .epub (bukan .pdf) dengan aplikasi Moon Reader. Menurut saya, content yang bagus itu harus bisa terdistribusikan lintas-media.
Moon Reader memiliki fitur sakti:
- Membuat highlight pada kalimat atau paragraf penting. Saya suka warna kuning muda.
- Search, menandai keyword yang sama.
- Apa yang kamu highlight, bisa disalin semua dan ditempelkan sebagai file catatan baru. Kamu dapat ringkasan, keyword penting, dan quote menarik.
Penulis : Day Milovich: Webmaster, artworker, penulis, tinggal di Rembang dan Semarang.
Sumber : Jatengtoday.com