Resensi Buku Ayat-Ayat Kiri oleh Muhammad Lutfi N.S. |
Apakah kamu seperti beberapa orang lainnya yang langsung berpikiran negatif ketika mendengar kata "pemikiran kiri"?
Dunia
ini milik kalian dan kita, namun pada akhir analisa dunia ini milik kalian.
Kalian, generasi muda yang penuh semangat dan tenaga, sedang dalam masa-masa
berbunga, seperti matahari pada pukul delapan atau sembilan di pagi hari. Di
pundakmu terbaring harapan kami (The East Wind Prevails Over the West Wind!,
1957).
Buku
Ayat-Ayat Kiri disusun di dalam tiga tema besar, pertama berisi tema filsafat pemikiran Karl Marx dan
Friedrich Engels dalam melihat tatanan dunia dengan titik berangkat yang
berbeda. Termasuk di dalamnya adalah topik-topik sains, metode dan ilmu
pengetahuan secara umum.
Kedua, berisi tema ekonomi-politik (political economy).
Menyajikan kutipan pandangan Rosa Luxemburg, Deng Xiaoping dan Che Guevara atas
ekonomi-politik dan demokrasi. Terkait di dalamnya topik seputar demokrasi,
relasi-relasi industrial dan relasi-relasi kerja.
Bagian
ketiga berisi seputar tema sosialisme dan kebudayaan. Tokoh Kiri yang diangkat
dalam sub tema ini adalah Mao Zedong, Vladimir I. Lenin, Joseph V. Stalin, J.P.
Sartre, Slavoj Zizek dan Soekarno. Tercakup di dalam bagian ini adalah topik
seputar estetika, seni, pendidikan dan lain sebagainya.
Pemikiran
tokoh-tokoh tersebut dipilih sebagai gerbang awal bagi
siapa pun yang hendak mengenal dan mempelajari keanekaragaman pemikiran Kiri
yang bisa diambil manfaatnya selain juga bisa diperdebatkan.
Tradisi Kritis Pemikiran Kiri
Seperti
bentuk-bentuk pemikiran lain, pemikiran kiri merintis dan mendapatkan tempat
biaknya dengan melihat dunia tidak seperti pemikiran monoton pada umumnya.
Dalam lensa Kiri, dunia terutama dipandang secara kritis, hasil tanggapan
terhadap kondisi-kondisi realitas yang kiranya tidak berjalan sesuai realita
ideal-ideal kemanusiaan.
Kekerasan,
penindasan, dan ketimpangan hak-hak di dalam jalinan struktur sosial menjadi
titik berangkat favorit para pemikir kiri merumuskan cara pandang dunianya.
Sikap kritis ini juga mengemuka sebagai hasil diterimanya pengutamaan rasio dan
penalaran sebagai ciri hakiki manusia yang melaluinya manusia dapat melakukan
penilaian kritis terhadap keadaan-keadaan yang terberi (H. 6).
Sikap
kritis yang dibalut melalui kacamata filsafat ini adalah bentuk kombinasi sikap
rasional-kritis dengan kepekaan terhadap kondisi-kondisi sosial. Filsafat Kiri identik dengan bentuk perlawanan terhadap
golongan kapitalis-borjuis, sebagai reaksi atas pemikiran yang kaku dan
konservatif. Hal ini disinyalir melalui penilaian Marx yang menyatakan bahwa sejarah
dunia ditentukan melalui faktor kebendaan.
Melalui
filsafat, Marx berangkat menyusun pandangannya melihat dunia dengan kacamata
yang berbeda. Melalui ciri khas supremasi rasio dibalut perspektif kritisme,
Marx berhasil menjadikan pandangan filsafatnya sebagai patronase ideologi dan
titik pijak turunan pemikiran-pemikiran lainnya, seperti ekonomi, politik, dan
budaya.
Materialisme:
Ekonomi sebagai Basis
Dalam
filsafat materialisme, Marx menawarkan dua penentu realita sosial; Basis dan
Suprastruktur. Dalam hal ini, Marx menempatkan faktor ekonomi sebagai Basis,
bukannya politik atau agama. Erat
dengan pandangan awal Marx mengenai sejarah dunia ditentukan oleh faktor
kebendaan (materialisme).
Basis
menentukan bangunan atas (suprastruktur) manusia. Misalnya cara produksi menentukan sistem ekonomi
masyarakat. Sistem ekonomi masyarakat pada hakikatnya ditentukan hubungan
produksi. Maka berubah hubungan produksinya, berubah pula cara produksinya, dan
juga berubah sistem ekonomi masyarakatnya.
Pemikiran Kanan diidentikkan dengan persepsi ekonomi konservatif; dimana peluang dan porsi besar diberikan kepada kelompok
kapitalis-borjuis dan dapat dinikmati oleh sebagian pihak yang memiliki alat
produksi. Sementara
pemikiran Kiri menawarkan cara pandang
berbeda melalui kesejahteraan kaum proletar. Eksploitasi besar-besaran tenaga
kaum buruh oleh kelompok
kapitalis (H. 44).
Pemikiran Kiri dan Sosialisme
Bertolak
dari realita di atas, Kiri menawarkan jawaban perihal ketimpangan sosial yang
kerap menimpa golongan bawah. Solusinya dengan cara menafikan
kepemilikan pribadi, kekayaan tidak hanya berkutat di golongan atas, menjunjung
tinggi asas satu rasa sama rasa, dan tidak ada dominasi kekuasaan atas
kesejahteraan sepihak. Lumrahnya, orang menyebut dengan “sosialisme.”
Melalui
sosialisme, prinsip demokrasi diusung kelas pekerja
(proletar) untuk menciptakan bentuk-bentuk politik (pemerintahan,
hak pilih, dst.) yang akan memberi proletariat titik tumpu dalam tugasnya
mentransformasi masyarakat borjuis. Demokrasi sangat diperlukan kelas pekerja
sebab hanya melaluinya pelaksanaan hak-hak demokrasi dapat dipenuhi,
serta membuat proletariat menyadari kepentingan kelas dan tugas kesejarahannya.
Sosialisme menegaskan bahwa
barangsiapa hendak memperkuat demokrasi, semestinya pula memperkuat dan
bukannya malah memperlemah gerakan sosialisme; dan dengan mencampakkan
perjuangan demi sosialisme berarti mereka sedang meruntuhkan gerakan pekerja
dan demokrasi sekaligus (H. 50).
Kebudayaan
Marxis, Seni Pembebasan
Secara
historis, sosialisme merupakan gugusan-gagasan mengenai sebentuk sistem
ekonomi-politik yang secara pokok dicirikan oleh akses demokratis masyarakat
terhadap sarana-sarana produksi. Gagasan sosialisme modern mulai menyeruak
sejak akhir abad ke-18 di Eropa Barat. Salah satunya melalui
pemikiran-pemikiran teoritis ekonomi-politik dari Henri de Saint-Simon.
Kapitalisme sebagai salah satu ideologi utama dalam fase historis ekonomi kapitalistik dipandang sebagai penghambat utama dari pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan sepenuhnya (H. 72).
Lenin
dalam bukunya, Struggle of the Urban Workers, menyatakan kalau
penggunaan mesin-mesin produksi dan kemajuan-kemajuan lain harus membantu
memudahkan kerja semua orang dan bukannya membuat segelintir tumbuh kaya dengan
mengorbankan jutaan dan puluhan juta orang. Namun, antara cita praktikal dengan
realita faktual selalu bertolak belakang.
Ayat-ayat Kiri sesuai dengan judulnya menyajikan petikan rumusan, kajian
dan pemikiran tokoh Kiri yang diambil dari esai, artikel, buku hingga karya
monumentalnya. Dengan mungkin sekali duduk bisa menuntaskan satu bab.
Buku
kecil nan tipis ini seakan membawa pada persepsi awal akan sebuah kajian
teoritis dan dalam perihal pemikiran Kiri. Hanya saja, ternyata, buku ini hanya
mengutip petikan, tanpa memberi penjelasan, rangkuman ataupun penambahan
pembahasan yang lebih matang.
Tidak
terlalu berat untuk bacaan seorang pemula yang ingin mempelajari pemikiran
Kiri. Selebihnya, petikan-petikan yang termaktub dalam Ayat-ayat Kiri bisa saja muncul menjadi sebuah kutipan nangkring
di teras sebuah tulisan. Atau untuk menunjukkan data, memperkokoh argumen,
mematahkan pendapat lawan debatnya, atau meyakinkan pembaca untuk merubah titik poinnya selama ini.
Judul : Ayat-ayat Kiri
Penulis : Karl Marx, Freidrich Engels, dll.
Penerbit : Vice Versa
Cetakan : Cetakan pertama, Oktober 2019
Tebal : vii + 119 Halaman
ISBN : 978-623-93304-4-6
Peresensi : Muhammad Lutfi N.S.