Mari Membaca Ulang Teori Kritik atas Kapitalisme


Resensi buku Geneologi Kapitalisme; Antropologi dan Ekonomi Politik Pranata Eksploitasi Kapitalistik oleh Fathan ZR

Mari Membaca Ulang Teori Kritik atas Kapitalisme


Penulis pertama kali bersinggungan dengan kapitalisme melalui  buku “das kapital for beginner”, buku tipis yang menjelaskan tentang dasar –dasar kapitalisme, diantaranya meliputi sejarah kapitalisme, upah buruh, borjuis dst. Penjelasannya sangat sederhana disertai ilustrasi kartun  menarik sehingga pembaca lebih mudah memahami isi buku tersebut. Dari situ kemudian penulis tertarik membaca lebih lanjut diskursus kapitalisme, khususnya terkait kritik ekonomi politik.

Kemudian penulis mendapat rekomendasi buku berjudul Geneologi Kapitalisme; Antropologi dan Ekonomi Politik Pranata Eksploitasi Kapitalistik.  Oleh Dede Mulyanto melalui lembar awal buku ini pembaca diperkenalkan lebih dulu dengan term-term semacam; akumulasi kapital, akumulasi primitif, corak produksi, feodalisme, fetisisme komoditi, formasi sosial, harga, hubungan kerja, kerja abstrak hingga kerja kongkrit. 

Kesemua itu adalah istilah-istilah yang digunakan Marx dalam menjelaskan pisau analisa ekonomi politik-nya. Buku ini sekilas secara eksplisit merupakan intisari dari das kapital-nya Marx, ditambah sedikit beberapa catatan ilmuan Marxian macam Antropolog Karl Polanyi hingga Michael Blim. Yang menarik juga dari buku ini adalah beberapa point kritiknya terhadap Frans Magniz Suseno, misalnya dalam memahami  teori kerja produktifnya Marx berikut ini.



“Dalam kaitannya dengan  soal kerja produktif, Prof Franz Magnis Suseno keliru memahami pengertian kerja produktif,  menurut Marx ketika menyatakan: seluruh bidang yang disebut “pelayan” (services) tidak menghasilkan nilai. Apakah itu benar?  Terlebih ketika memberikan contoh kerja apa saja tergolong kerja “pelayanan (sevice)”. Contoh yang beliau ajukan bisa tampak dari pertanyaan seperti “bukankah pekerjaan yang cakap, kepandaian seorang ahli organisasi, keberanian pimpinan utuk memulai produksi model baru dan tidak masuk ke dalam nilai produksi akhir? Andaikan ada masyarakat sosialis apakah lalu manajer, organisator, pembersih wc tidak akan diperlukan?” (hal 126).


Dede Mulyanto meluruskan dengan mengutip seksi 6 bab XV Das Kapital  yang intinya bahwa yang dimaksud  dengan kelas pekerja  yang dipekerjakan secara tidak produktif ialah golongan yang tidak masuk ke dalam sirkulasi kapital. Tenaga  kerja  mereka tidak dikonsumsi dari representasi  kapital dalam rangka mendapatakan nilai lebih.


Dede Mulyanto juga mengkritisi kesimpulan Frans Magniz Suseno yang mengatakan: “kaum buruh tidak menjadi semakin melarat, melainkan selama lebih dari seratus tahun terus mengalamai perbaikan keadaan”. Dede meminjam istilah Marx ada semacam “industri domestik modern” yakni peningkatan nilai eksploitasi lebih melalui industri domestik modern secara ekonomis melalui dua jalur: pembayaran upah mininmum yang hanya cukup unuk hidup dan pemanjangan waktu kerja menurut kesanggupan organisme manusia (hal 183). 
Bahwa pada faktanya kepiluan buruh sampai hari ini masih dirasakan, keadaan yang dinegasikan oleh Franz. Kritik buku tersebut terhadap beberapa argumen Franz berangkat dari kecenderungan afirmasi atau sikap moderat  Franz terhadap kapitalisme.


Selain menjelaskan seluk beluk teori tentang kapitalisme buku ini juga memaparkan data sentralisasi kapital dari aspek batas-batas bangsa hingga lini prduksi serta betapa bahayanya MNC (Multinasional Corporation) atau TNC (Transnational Corporation). Selain menguasai pangsa pasar global, korporasi-korporasi raksasa tersebut mengeksploitasi seumber daya alam Lintas Negara dari Afrika hingga Papua. 

Lalu apakah semua bentuk monopoli itu dilegalkan secara konstitusi? Di halaman 226 buku tersebut setidaknya menyebutkan ada 3 produk undang-undang Amerika tentang larangan monopoli kapitalisme, perlu diketahui bahwa instrument hukum bisnis Amerika sering dianut banyak Negara termasuk Indonesia. 
Di tengah fase kehidupan kapitalisme lanjut hari ini, membaca dan mengkaji buku ini hemat penulis begitu penting, apalagi narasi tentang pembangunan ekonomi dibajak mulai sejak dalam bangku perkuliahan. Dampaknya berbicara-membaca-menulis ekonomi berkelanjutan (sustainable development), tanggung jawab korporasi terhadap masyarakat dan sinergi bisnis korporasi-pemeritah – rakyat lebih kelihatan cool daripada berbicara-membaca–menulis tentang relasi kelas, ketimpangan sosial ekonomi, eksploitasi yang sebenarnya lebih faktual dan riil dialami  masyarakat akar rumput. 

Dengan membaca buku ini kita akan sadar bahwa tidak sedikit masyarakat desa/kampung yang berbondong – bondong setiap tahun pindah.ke kota dengan alasan mencari kesejahteraan lebih itu bukan semata – mata takdir atau mengikuti pola kehidupan yang sudah diatur dari sononya melainkan fenomena demikian ada basis teori yang jelas. 
Di akhir tulisan ini saya ingin mengajak pembaca untuk secara jernih membedakan marxisme sebagai ideologi dan marxisme sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Marxisme sebagai ieologi secara praksis eksperimen politik sudah bangkrut sejak runtuhnya Uni Soviet. Sedangkan Marxisme sebagai paradigma keilmuan niscaya akan tetap relevan selama kapitalisme beroperasi di muka bumi serta tentu ia (baca; marxisme) harus terus dibaca ulang.


Judul buku      : Geneologi Kapitalisme; Antropologi dan Ekonomi Politik Pranata Eksploitasi Kapitalistik
Penulis            : Dede Mulyanto
Penerbit          : Resistbook
Tahun Terbit   : April 2018
Kota Terbit     : Yogyakarta
Tebal Buku     : 284 halaman, I –xxi.
Dimensi buku : 14x21 cm
Peresensi      Fathan ZR