Orang-orang sukses pernah mengalami kegagalan, tetapi mereka segera bangkit. Mereka berani menentukan target, berani mulai melangkah, dan berani berjuang mewujudkan keberhasilan. Mereka terus bertahan dan terus melangkah, walaupun keberhasilan kelihatan jauh dari pandangan.
Hidup ini adalah seni, bagaimana menciptakan dan mengkreasikan sesuatu. Seni
seperti ini tak datang secara tiba-tiba, namun harus dipelajari dan ditekuni.
Maka, alangkah baiknya jika manusia berusaha keras dan penuh kesungguhan
mau belajar tentang bagaimana menghasilkan bunga-bunga, semerbak harum
wewangian, dan kecintaan di dalam hidupnya. Semua itu lebih baik dari pada kita
harus menguras tenaga dan waktu hanya untuk menimbun kebencian, kemarahan, dendam dan
penderitaan.
Di dunia ini hanya ada dua hal yang dialami manusia, bahagia dan derita. Hidup
ini apalah artinya jika hanya habis untuk mengumpulkan penderitaan tanpa
memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas kasih sayang, cinta, dan keindahan.
Kita seharusnya bukan bagian dari orang-orang yang selalu berwajah muram. Bukan
pula bagian dari orang-orang yang menanggung derita.
Membangun Pribadi Positif
Orang yang berpikir positif akan berbuat baik terhadap dirinya sendiri juga
orang lain. Dalam buku yang ditulis oleh Hari Laksana ini setidaknya ada
sembilan langkah yang dapat dilakukan untuk membangun mental positif, di
antaranya kuasai dan kendalikan pikiran kita, visualisasikan keinginan kita,
pupuk sugesti positif dalam diri kita, miliki tujuan yang jelas, sekali waktu
periksa pikiran kita, keterbukaan dalam berpikir, berlaku dengan baik,
senantiasa dalam do’a-do’a serta berbahagialah.
Banyak orang berbakat, termasuk memiliki karakteristik dan karisma yang
didambakan oleh orang lain, merasa kesepian dan tak berbahagia, baik dalam
kehidupan profesionalnya maupun pribadi. Itu semua karena mereka tak menyadari
pentingnya sikap yang positif. Kepribadian positif terbentuk dari orang-orang
yang bersikap dan bertindak secara konsisten. Konsisten adalah sikap yang tidak
mencederai niat dan kerja keras sehingga menjadi buah keberhasilan.
Mental positif dibentuk melalui suatu aktivitas yang berulang-ulang dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan (h. 36).
Sikap konsisten ini bisa melahirkan kesuksesan dan kebahagiaan. Untuk
menumbuhkan kepribadian positif, kita tak boleh meremehkan tindakan kecil.
Ketika ingin memulai, maka mulailah, tak usah ada kamus ragu. Karena di dunia
ini tak ada yang instan, termasuk kesuksesan dan kebahagiaan itu. Pikiran
positif akan membangun pribadi yang unggul dalam hal kerja keras dan ketekunan.
Tuhan membekali manusia dengan akal dan pikiran untuk membantunya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya. Akal pikiran ini yang memproduksi berbagai bentuk karakter dan kepribadian. Ia juga menunjukkan bagaimana orang bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan seseorang juga dapat membentuk kepribadian. Dengan demikian, kepribadian terlahir dari pikiran dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang itu. (h. 87)
Mengolah Pikiran dan Perasaan
Nah, bahagia sangat mudah
didapat. Kita tak perlu berpikir keras agar menjadi pribadi yang bahagia.
Sebab, penderitaan dan kebahagiaan sesungguhnya batasnya sangat tipis sekali.
Ketika saat ini sedang bersusah hati, maka kita dapat mengubahnya dalam sekejap
dengan cara membayangkan hal-hal indah. Pikiran kita dapat mengendalikan
perilaku dan perasaan kita. Namun, kita juga bisa mengendalikan pikiran kita.
Kita dapat mengendalikan hidup kita sendiri lebih dari apa yang kita bayangkan.
Kita bisa mengarahkannya untuk mencapai harapan-harapan positif yang sudah
terwujud dalam bentuk tujuan.
Menurut Hari Laksana, kita harus selalu berpikir logis. Berpikir logis
mampu membuat seseorang melakukan analisis terhadap suatu kejadian. Ketika ia
ditimpa suatu kejadian, ia dapat menganalisis sebab, kronologi dan bagaimana
menemukan solusi untuk mengelola kejadian itu. Dengan berpikir logis, maka
seseorang akan menjadi meningkat kecintaannya akan kebenaran. Ia juga akan
terhindar dari klenik, takhayul, dan kepercayaan turun-temurun.
Tak hanya berpikir logis, kita juga harus memiliki seni mengelola perasaan.
Perasaan terkadang memainkan wilayah abu-abu sehingga kita pun abai terhadap
diri sendiri termasuk merasa menderita. Ketika kita merasa menderita,
sesungguhnya kita sedang abai pada diri kita sendiri. Orang yang menderita
tidak berusaha membebaskan dirinya dari derita. Ia berarti sama sekali tak
menghargai dirinya.
Salah satu upaya untuk menghargai diri sendiri adalah memperbaiki diri.
Ketika memaksimalkan kelebihan yang kita punya, jangan sampai waktu dan energi
habis dan terfokus untuk menambal dan menutupi kekurangan. Inilah yang dapat
membuat kita lupa bahwa kita punya keistimewaan yang berguna.
Penghargaan yang tulus merupakan wujud penerimaan dan syukur atas apapun
keadaan kita. Dengan menghargai diri sendiri, kita dapat bersikap bijaksana,
tidak merasa inferior, tidak underestimate terhadap kekurangan orang
lain, dan tidak dengki dengan kelebihan orang lain.
Membaca buku ini akan membuat kita berbicara pada diri kita sendiri, bahwa
mulai sekarang juga katakan “Saya ingin sukses dan bahagia”. Penulis menggiring
pembaca untuk mampu mengatakan afirmasi ini setiap sempat. Afirmasi seperti ini
yang akan membantu kita meyakini bahwa apa yang kita lakukan dan yang kita
alami adalah sebuah kesuksesan dan kebahagiaan.
Kebahagiaan harus kita perjuangkan. Ada “harga” yang harus kita bayar.
Bahkan, terkadang sangat mahal. Namun, percayalah bagi siapapun juga yang mau
memperjuangkannya, berani membayar harganya, maka suatu saat ia pasti berhasil.
Dengan sikap positif seperti ini kita akan memiliki gairah hidup yang
sejati, maka kita pun tak pernah merasakan hidup sebagai sebuah beban. Seluruh
jiwa raga kita menjadi energik dan penuh senyuman. Buku yang layak dibaca untuk
jiwa-jiwa yang mendamba hembusan angin bahagia.
Identitas Buku
Judul Buku : Berpikir dan Berkepribadian Positif Itu Ada Seninya
Penulis : Hari Laksana
Penerbit : Araska
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2018
Halaman : 220 hlm
ISBN : 978-602-5805-67-7
Resentator : Lutfi Nur Fadhilah