“Hari inimu ialah masa depanmu, hari inimu adalah dirimu. Jangan
biarkan hari-harimu tanpa membaca, mengaji, menulis, dan membagi cinta.”
Demikianlah
salah satu kutipan dari K.H. Husein Muhammad, penulis buku Ulama-Ulama yang
Menghabiskan Hari-Harinya untuk Membaca, Menulis, dan Menebarkan Cahaya Ilmu
Pengetahuan. Jika Anda sedang mencari buku yang dapat meningkatkan motivasi
untuk membaca dan menulis, maka buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca.
Apa
yang harus kita kerjakan ketika kita berada di rumah berhari-hari bahkan
berbulan-bulan? Husein Muhammad yang tekun membaca dan menulis ini, menjawab
dalam pengantar bukunya bahwa janganlah membiarkan hari-hari berlalu tanpa
makna. Buku ini memberikan gambaran bagaimana ulama-ulama besar di samping
sibuk menghapal al-Qur’an dan Hadits serta berdakwah, tetapi juga tidak
membiarkan hari-harinya berlalu sia-sia.
Ulama Masyhur yang Gemar Menulis
Buku
ini menjelaskan tentang tokoh besar islam yang karya-karyanya banyak dan masih
terus dibaca sampai hari ini. Karya-karya mereka masih dikaji, diteliti, dan
menjadi acuan utama di berbagai pondok pesantren di Indonesia serta menjadi
rujukan untuk menjawab isu-isu keagamaan yang ada.
Selain
sebagai ulama, di antara mereka juga sastrawan, filsuf, hakim, ahli tafsir
rasional, dan guru besar di universitas. Tokoh-tokoh besar dengan kepakaran
ilmu ini memiliki ketekenunan yang luar biasa. Dalam kesehariannya, mereka
menghabiskan waktu untuk membaca, menulis, dan berbagi ilmu pengetahuan tanpa
mengenal lelah, bahkan sampai menghabiskan seluruh hidupnya.
Ada
Al-Jahizh, sastrawan terkenal masa Abbasiyah, sosok cerdas, produktif, jenaka
dan sangat kritis. Al-Jahizh meninggalkan 360 karya. Selanjutnya ada Imam Ibnu
Jarir ath-Thabari, dikenal sebagai Syaikh al-Mufassirin (Guru Para Ahli
Tafsir), setiap hari menulis 14 halaman. Ibnu Jarir ath-Thabari, sudah hapal
al-Qur’an pada usia 7 tahun, menjadi imam shalat pada usia 8 tahun, dan menulis
hadits pada usia 9 tahun. Ia merupakan penulis yang sangat produktif dan
karya-karyanya mencapai ratusan buku di berbagai bidang keilmuan Islam. Demikian
juga dengan Ibnu al-Jauzi, ia tak pernah membiarkan waktunya terbuang sia-sia.
Setiap hari ia menulis tidak kurang dari 32 halaman dan meninggalkan karya
mencapai 1.000 jilid.
Menurut
Imam Ibnu al-Qayyim yang apabila Allah menghendaki seseorang menjadi baik, maka
Ia akan membantunya dengan waktu dan menjadikan waktu itu sebagai penolongnya.
Namun, jika Allah menghendaki seseorang menjadi buruk, maka Allah membiarkan
waktunya sia-sia.
Di
samping menghabiskan waktunya untuk menghapalkan al-Qur’an dan hadits, para
ulama tersohor tersebut menjalaninya dengan mengaji pada guru-guruya dan
membaca berbagai buku. Selain itu, mereka juga menuliskan hasil pengajian dan
bacaannya, serta kemudian mendiskusikannya. Di antara dari mereka menimba ilmu
hingga mengabaikan pentingnya makan dan tidur. Seperti Imam Haramain, guru Imam
Abu Hamid al-Ghazali, yang tidak menjadikan tidur dan makan sebagai kebiasaan.
Ia tidur ketika sudah sangat mengantuk dan hanya makan apabila sudah sangat
lapar.
Imam
Ibnu ‘Aqil, ulama besar Madzhab Hanbali, juga berupaya semaksimal mungkin
menghemat waktu untuk makan. Manakala ia sedang tidak mengajar, atau tidak
membaca buku, atau tidak berdiskusi, Ibnu ‘Aqil memanfaatkan waktunya untuk
memikirkan sesuatu yang dilakukan sembari merebahkan tubuh.
Namun,
ketika ia menemukan suatu pengetahuan dalam renunganya, maka ia akan bangun
untuk menulis. Ibnu ‘Aqil dikenal dengan karyanya yang berjudul Al-Funun, kitab
ini ialah karya ensiklopedis dalam Madzhab Hanbali. Al-Funun menghimpun
berbagai macam pengetahuan keislaman seperti tafsir, fiqh, ushul fiqh, nahwu,
bahasa, sastra, ilmu kalam, filsafat, sejarah, dan lain-lain. Menurut mayoritas
peneliti, Al-Funun terdiri dari 400 jilid. Namun, ada juga yang menyebut
sampai 800 jilid.
“Tidak
ada yang paling baik dalam hidup ini dan sebagai cara mendekatkan diri kepada
Allah Swt. selain memanfaatkan waktu untuk mencari ilmu pengetahuan yang dapat
membebaskan manusia dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ketuhanan...” (h.
71-72)
Memilih Menjomblo Sepanjang Hayat
Al-Hafizhah
Karimah al-Marwaziyyah, seorang guru besar dan ulama terkemuka, ia merupakan
perempuan pertama yang mempelajari kitab Shahih al-Bukhari. Ia adalah
seorang ahli hadits yang bergelar al-Hafizh. Seluruh hidupnya ia
habiskan untuk menuntut ilmu pengetahuan keislaman dan memilih untuk melajang
sampai akhir hayatnya. Al-Hafizhah Karimah al-Marwaziyyah dihormati karena
keulamaannya dan kepiawaiannya dalam ilmu pengetahuan keislaman, berdebat, dan
berdiskusi.
Kenikmatan
menimba ilmu bagi beberapa ulama besar ini lebih besar dibandingan bermesraan
dengan pasangannya. Seperti yang disampaikan oleh Imam az-Zamakhsyari yang
melajang, ia menulis dalam puisinya bahwa malam-malam untuk mengkaji
pengetahuan baginya lebih nikmat daripada bermesraan dengan penyanyi cantik nan
wangi. Demikian juga dengan Habib Abdullah bin Umar bin Yahya Ba ‘Alawi,
meskipun ia menikah, akan tetapi di malam pernikahannya ia begitu asyik
menyelami kenikmatan membaca kitab. Ia tidak melirik istrinya sampai waktu
subuh datang. Bagi dirinya, annahu ahamm min al-‘arus, membaca kitab
lebih penting dari pada istrinya yang cantik.
Buku
ini mengesankan untuk dibaca karena setiap kisah dari ulama-ulama ternama
tersebut begitu menginspirasi dan meningkatkan minat belajar. Di tengah
kesibukannya menghapal al-Qur’an dan Hadist serta berdakwah, mereka begitu
tekun dalam menimba ilmu dan menulis. Buku karya K.H. Husein Muhammad ini
mengisahkan kiprah dan pengalaman 26 ulama dalam membaca, menulis, dan
membagikan ilmu pengetahuan. Jadi, setelah membaca ulasan buku ini apakah Anda
tertarik untuk tetap melajang demi memabaca dan menulis? Ah. Apa kamu kuat
begitu? 😅😅
Judul : Ulama-Ulama yang Menghabiskan Hari-Harinya untuk Membaca, Menulis, dan Menebarkan Cahaya Ilmu Pengetahuan
Penulis : K.H. Husein Muhammad
Penerbit : IRCiSoD
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2020
Jumlah Halaman : 156
Cetakan : Cetakan Pertama, Juni 2020
Peresensi : Nur Khakiki