Saatnya Membangkitkan Serigala Betina dalam Jiwa Perempuan | Resensi Buku Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap perempuan

 

Resensi Buku Ada Serigala  Betina Dalam Diri Setiap perempuan oleh Syamila Dina Anshoriyah 

Apakah Kamu Tahu Ada Serigala Betina di Dalam Jiwamu?

Pernah dengar istilah psikologi feminis? Nah, psikologi feminis ini sangat jarang sekali dibicarakan. Padahal melalui psikologi feminis kita bisa banyak belajar mengenai peran dan stereotip berdasarkan gender, perbedaan perempuan dan laki-laki dalam sejumlah aspek psikologis, dan masih banyak lagi. Psikologi  adalah salah satu disiplin ilmu yang androsentris. Psikologi  berdiri dan dikembangkan oleh para ilmuan laki-laki, bahkan teori-teori dasarnya diambil dari kehidupan laki-laki. Kalaupun teori psikologi  didasarkan pada kehidupan permpuan, sampelnya selalu  perempuan yang menderita neurotik.

Ester Lianawati dengan berani membongkar budaya patriarki yang ternyata juga ada hubungannya dengan psikologi. Perempuan yang sekarang tinggal di Prancis ini kemudian menuntaskan buku Ada Serigala  Betina Dalam Diri Setiap perempuan sebagai bentuk kecintaanya pada kajian feminisme. Pertautan feminisme dan psikologi dalam buku ini saya rasa juga dipengaruhi pendidikannya sewaktu sekolah Kajian Perempuan di Universitas Indonesia yang penuh dengan multi disiplin keilmuan.

Ester mengawali dengan menampilkan esai Merry Putman Jacobi yang memenangkan perlombaan esai di Harvard Medical faculty tahun 1876 tentang  "The Question of Rest For Women During Menstruation", esai ini kemudian menjadi pertimbangan adanya ketimpangan gender. Penelitiannya dilakukan terhadap 268 perempuan, ia menyatakan bahwa perempuan tidak membutuhkan istirahat fisik dan mental secara khusus saat menstruasi. Semua itu tidak akan terganggu seandainya perempuan mengonsumsi gizi yang baik. Saat penelitian itu dilaksankan, tema menstruasi masih dianggap sebagai penyakit, selain karakter kotor dan memalukan yang dilekatkan padanya.

Perempuan dan Psikologi

Di buku ini juga menceritakan perempuan tradisional yang tidak dapat menginternalisasi norma-norma masyarakat. Akibatnya mereka menjadi depresi atau mengalami ganguan mental. Bahkan diangap sakit jiwa karena memberontak. Ketika perempuan menampilkan kecerdasan bahkan mereka tidak dipahami. Karena pemberontakan terhadap nilai-nilai patriakal tidak diterima, mereka diperlakukan sebagai pesakitan.

Saat membaca buku ini kita akan dibawa pada bentuk psikologi dan perkembangan terapi feminis. Nah, psikologi  feminis ini awalnya hanya berusaha meneliti kehidupan dan pengalaman perempuan. Kemudian lebih jauh lagi untuk melihat perbedaan gender yang dihasilkan oleh konstruksi sosial. Tidak hanya dengan mempelajari perempuan dan perbedaan gender, sekelompok psikolog  mulai mempelajarai bagaimana psikologi  dapat diciptakan ulang dengan menjalin keterkaitan dengan prinsip-prinsip dan praktik-praktik feminis.

Terapi feminis pada awalnya memang diperuntukkan untuk mengatasi stress pada perempuan akibat keberadaanya di tengah masyarakat sering diabaikan. Adapun kerja terapi feminis adalah pendekatan terapeutik moderen dengan menekankan pemberdayaan klien dan upaya menangani masalah dalam konteks kultural.

Kita juga akan diajak membincarakan lebih mendalam tentang teori Freud, Teori Erikson, dan Sabina Spielrein. Apakah perempuan ingin penis? Freud berpendapat bahwa seksualitas manusia berkembang dari sejak ia dilahirkan, freud menyebut libido pada anak kecil sebagai polymorphous perversity.  Penulis menjelaskan secara runtut akar ketidaksetaraan gender yang terbangun dalam teori Kompeks Oedipus (oedipus complex) yang dibangun Freud.

        Selanjutnya ada Sabina Spielrein, ia seorang psikonalis yang meneliti perkembangan bahasa pada anak-anak untuk melihat koneksi antara bahasa dan pikiran. Perempuan menurut Spielrein mampu memahami dan merasakan pengalaman serta pemikiran orang lain. Argumennya, perempuan punya kemampuan khas untuk berempati, untuk menghayati pengalaman orang lain sebagaimana yang dihayati oleh mereka sendiri. Melalui empati, Spielrein ingin menunjukkan bahwa psike perempuan bersifat aktif dan dinamis. Sampai sejauh ini Spielrein yang pertama kali berbicara mengenai empati.

Serigala Betina yang Jarang Dipahami

     Menurut sebagian besar masyarakat memandang serigala  adalah binatang buas dan sangat menakutkan,  tetapi tidak dengan serigala  betina.  Masyarakat Prancis umumnya sangat penyayang binatang, panggilan kesayangan untuk buah hati mereka biasanya mengunakan nama-nama hewan. Namaya Louve yang artinya serigala  betina, benar-benar nama yang unik, namanya dilekatkan dengan stigma kepada serigala. Padahal serigala  betina adalah binatang penyayang dan pelindung. Sebagai serigala betina ia setia tanpa bergantung pada pasangannya. Ia belajar dari pengalamannya, menguatkan kemampuan untuk menghadapi bahaya.

Serigala  juga membimbing anaknya untuk mandiri, untuk mampu melindungi dirinya sendiri. Estes melihat kesamaan antara perempuan dan serigala  betina: memiliki pengindraan yang tajam, intuisi kuat, kepedulian terhadap sesama, keberanian, kemampuan beradaptasi dalam berbagai situasi dan kondisi, kekuatan, dan daya tahan. Jika banyak perempuan tidak menyadarinya, hal itu karena “keliaran” perempuan sejak lama ditekan oleh norma masyarakat.

        Kemudaian yang dimaksud liar mengandung arti kebersatuan dengan alam. Perempuan liar memiliki pribadi yang sangat hangat dan autentik, jujur dan bebas kompleks. Perempuan liar mampu beradaptasi sambil tetap menjadi diri sendiri. Permpuan liar paham bahwa sebagai perempuan ia tidak berfungsi untuk menyenangkan orang lain, apalagi memuaskan tatapan orang lain. 

Bahkan perempuan liar juga memiliki sifat yang tegas, berani dan otonom. Perempuan liar juga bangkit dan belajar dari pengalam pengalaman sebelumnya. Seperti serigala  betina ia menjadikan pengalaman semacam ini untuk melatih ketajaman insting dan kepekaan instuisi agar tidak terperangkap dalam bahaya yang sama.

Ia mampu mencintai berulang kali dengan pasangan yang sama. Karena sebagai perempuan liar, ia menyatu dengan alam. Alam adalah simbol kehidupan bukan kematian. Ia tahu bahwa perpisahan akan mendatangkan cinta yang baru, yang lebih kuat dan menggebu.

Buku Penting untuk Perempuan Muda

       Buku ini mengajak kita kembali ke masa lalu melihat penelitian-penelitian tentang feminisme dan mengetahui sejarah-sejarah tentang psikologi  feminis. Nah, Buku ini cocok sekali bagi para remaja yang ingin mendalami tentang feminis dan menelusuri masalah-masalah yang dihadapi perempuan selama ini. Sebagai perempuan, saya juga memiliki masalah yang sangat kompleks terkait nilai-nilai sosial yang sangat partiarkis.

          Buku ini juga mencaritakan tentang ketidakkesempurnaan seperti kecantikan yang selalu diungkapkan di media yang ujung-ujungnya membuat kita (perempuan) terusik,  sering sekali membuat perempuan merasa tersingkirkan akibat kontruksi norma sosial yang dibangun melalui media arus utama.

      Setelah membaca buku ini saya sadar ternyata masih banyak masalah dalam diri saya sendiri. Setelah membaca buku ini saya sadar bahwa kesempurnaan tidak seperti yang digambarkan oleh masyarakat. Bahkan perempuan yang mengira dirinya aman-aman saja di lingkungan sekitar, jika ditelusuri lebih dalam banyak sekali masalah yang ia hadapi.   Mungkin sekarang adalah saat yang tepat bagi kita (kaum perempuan) untuk membangkitkan Serigala Betina dalam psike (jiwa) kita.

 

 

Judul Buku                  : Ada Serigala  Betina Dalam Diri Setiap perempuan

Jumlah Halaman         : 291 hlm

Ukuran Buku              : 13 x 19 cm

ISBN                            : 978-623-94979-0-3

Tahun terbit                : 2020

Nama Penulis              : Ester Lianawati

Nama Penerbit            : EA Books (Buku Mojok groub)

Nama Pengulas           : Syamila Dina Anshoriyah