”Vagina bisa jadi sebuah “lubang”, tetapi jika dipahami dengan benar maka ia adalah sebuah lubang berbentuk dewi”, (Naomi Wolf).
Diksi yang dipilih Naomi pada pembukaan awal buku ini menampilkan anggapan bahwa masih banyak yang beranggapan skeptis terhadapat vagina di masyarakat global. Sampai dapat dikatakan bahwa pengetahuan vagina selaras dengan zaman.
Dahulu, vagina atau organ seksual yang dimiliki perempuan ini hanya dianggap sebagai akses untuk berkembang biak tanpa ada pemahaman lanjut mengenai sifat dan pengaruh pada si empunya, seperti keyakinan yang diamini pada era Elizabeth. Padahal ia merupakan unsur penting untuk seorang perempuan dapat merasakan orgasme trans dan juga mengandung unsur puitis.
Kemudian terjadi gelombang pergerakan perempuan feminis yang memperjuangkan hak-hak perempuan, dan Naomi termasuk tokoh besar pada pergerakan perempuan gelombang ketiga tersebut. Namun, hal ini tidak serta merta mengubah pemikiran (changing public mindset) terhadap perlakuan kepada perempuan.
Dalam buku ini Naomi ingin menerangkan agar perempuan di luar sana sadar mengenai perlakuannya pada tubuhnya sendiri terutama kepada organ seksualnya, yaitu vagina. Seperti pada Bab I – “Berkenalan dengan Sistem Saraf Panggul Anda yang Luar Biasa”. Ia coba menerangkan peran penting bagaimana panggul dan saraf terlibat dalam kepuasan hubungan seksual secara fisik maupun psikis.
Perlu diketahui bahwa perempuan memerlukan yang namanya orgasme trans. Bila ditilik secara biologis melalui netter maka sistem saraf perempuan lebih kompleks yang mengalir pada organ vital perempuan ketimbang laki-laki, yang hanya terdiri dari tiga gelondongan saraf besar.
Naomi juga menyinggung bahwa orgasme pada perempuan bukan hanya satu macam tapi banyak jenisnya. Mungkin awam hanya mengenal bahwa perempuan orgasme begitu saja. Namun, perlu diketahui bahwa ada yang namanya orgasme klitoris, orgasme vagina dan masih banyak lainnya. Semua jenis orgasme itu antar perempuan tidaklah sama.
Sistem saraf perempuan mengalir dari sumsung tulang belakang menuju organ seksual dan disitu pun sebarannya berbeda-beda. Ada yang berkerumun pada klitoris, atau ada yang berkerumun pada vagina dalam. Sehingga capaian orgasme pada wanita pun berbeda-beda yang pada akhirnya mengharuskan perlakuan yang berbeda pula.
Seperti yang dikatakan Naomi, “Transformasi ini tergantung pada saraf otonom anda yang melamun, atau apa yang boleh para ilmuan sebut ANS” (h. 31). Jadi rangsangan yang terjadi tergantung pada saraf otonom pada tubuh yang perlu treatment yang tidak sama. ANS tersebut mengatur kaitanya dengan respons yang tidak bisa dikontrol secara sadar layaknya gairah dan orgasme.
Pada Bab II – “Sistem Saraf Otonom yang Suka Melamun”, Naomi melanjutkan bahwa ANS memiliki peran penting terhadap presentase keberhasilan seorang wanita mengalami orgasme secara emosional. Pada dasarnya kinerja ANS dipengaruhi oleh otak yang akibatnya spons vagina meengembang karena aliran darah meningkat-ereksi klitoris, dan peningkatan denyut jantung.
Otak mempengaruhi ANS, dan pada akhirnya akan mempengaruhi bagian lain juga. Hal ini terbukti jika seorang perempuan sedang memikirkan kekasihnya, hal itu menjadikannya terangsang dan mendapati dirinya basah. Namun, umpan balik konstan bisa terjadi apabila terdapat sentuhan pada vagina dan klitoris secara halus akibatnya terjadi serangkaian perubahan kompleks pada tubuh wanita tersebut. Makanya Naomi mengatakan, “ Aktivitas ANS yang optimal membuat wanita semakin bersemangat ketika bercinta dan dapat mengalaminya dalam semua dimensinya” (h. 33).
Oleh karena itu seharusnya pria harus lebih tantra atau lebih romantis dan sensual di tempat tidur. “Pria harus lebih sabar, taktil , menginvestigasikan, lebih banyak waktu. … Dia harus merangsang dengan terampil apapun yang menjadi titik rangsangnya–kombinasi antara vagina, klitoris, G-spot, labia, perinerum, rectum, dan serviks untuk benar -benar membuat perempuan bahagia (H. 46-47).
Hal ini menjadi pelajaran penting terhadap kasus perceraian yang melibatkan masalah seksual dalam keluarga. Kebanyakan pria tidak sanggup melayani wanita dalam artian psikis dan moral seksual. Karena mereka hanya mementingkan kenikmatan sebelah pihak, yang pada akhirnya mengabaikan kesenangan bersama. Sebabnya, perempuan dapat mengalami orgasme secara berkali-kali dengan waktu singkat, sedangkan pria memerlukan banyak waktu untuk kembali terangsang.
Selanjutnya, bagian III - “Keyakinan, kreativitas dan Rasa Keterkaitan”. Naomi coba memasuki segi kolerasi antara sebuah kreativitas dan hasrat seksual. Dia coba menerangkan beberapa biografi tokoh seperti Geroge Eliot dan Geroge Lewis. Bahwa seni selalu ikut andil dalam gairah wanita dan sebuah hubungan seksual, peranannya sangat besar guna memunculkan rasa bahagia dalam diri.
Sampai dinukilkan “Aku akhirnya tahu apa itu kebahagiaan…Rasanya masih tidak bisa dipercaya, bahwa aku dapat mencapai keduanya–cinta yang luar biasa dan rasa identitas pada pribadiku sendiri” (H.57). Orang–orang akan tertolong bila membaca ini, dia akan tahu bahwa emosi yang mereka bawa, serta latar pikiran akan berpengaruh pada proses seksual yang mereka jalani. Seringnta hal ini tidak pernah terpikir oleh kebanyakan orang.
“..Bahwa tikus-tikus yang diberi nelokson itu kedepannya akan diberi saline. Alam telah berbicara. Betina dalam percobaan pertama (saline), yang sangat haus kenikmatan seksual” (H. 96). Hal ini juga berlaku pada manusia yang pada faktanya ada hormon yang begitu penting ketika terjadi keterkaitan seksual yang kemudian menimbulkan rasa ingin diperhatikan.
Bab IV – “Dopamin, Opioid, dan Oksitosin” peran hormon dan pengaruh pada sistem tubuh dijelaskan dengan gamblang oleh Naomi sehingga bisa diketahui sebab-sebab perempuan marah ketika berhubungan kemudian bagaimana memberikan puncak kepuasan terhadap perempuan. Jelas bahwa “Disisi lain, menurunnya kadar serotonin meningkatkan aktivitas dopamine, yang menurut Contrecouer, dapat membuat seseorang mengalami, stimulus kemampuan bersosialisasi dan suasana hati, agresivitas dan seksualiats” (H. 84).
Makanya sebenarnya tidak sembarang waktu dan suasana hubungan seksual dapat terjalin dengan nyaman. Contoh kasus yang sering terjadi adalah ketika seorang pria pulang dari kerja kemudian dia memutuskan untuk berhubungan seksual, pada akhirnya perempua tidak memperoleh apa-apa. Secara kualitas bisa dikatakan kurang.
Hal di atas juga menerangkan bahwa kasus pemerkosaan yang terjadi tidak bisa disepelekan. Karena pengaruh saraf dan hormone yang telah dijelaskan sangat berpengaruh pada psikis wanita dan itu tidak serta-merta bisa dipaksakan. Perlu perlakuan yang baik, terbukti dari pemberitaan yang ada ketika terjadi kekerasan seksual perempuan kebanyakan akan mengalami depresi karena ketidaksiapan emosional.
Pada akhir penyampaian Naomi, Bab V “Apa yang Kita Tahu tentang Seksualitas Perempuan Sudah Ketinggalan Zaman”. Pendapat tajam dilemparkan untuk melihat keusangan pengetahuan seksualitas masyarakat pada umumnya. Bisa dilihat lebih dalam akan disadari bahwa dalam seks, perempuan memang lebih seperti binatang. Sehingga pendapat mengenai penetrasi penis yang juga berhubungan dengan ukuranya sering dikaitkan oleh kepuasan seksual.
Padahal itu salah besar.
“Hal paling merusak yang diajarkan kepada pria tentang perempuan adalah anggapan bahwa vagina hanyalah organ seksual, dan tindakan seks untuk perempuan tidak berbeda dengan pria. Tetapi tidak satupun gender yang diajarkan mengenai hubungan pikiran–hati–tubuh yang rumit ini, yang ternyata adalah respons seksual perempuan” (H. 123). Akibatnya keharmonisan tidak mudah terjalin, yang ada adalah keegoisan.
G-spot di dinding anterior vagina, saat ini oleh ilmuwan dipahami sebagai bagian dari anterior klitoris. Menunjukkan bahwa perempuan jauh lebih kompleks ketimbang pria. Yang unik dari perempuan adalah dia bisa mengalami orgasme terus-menerus tanpa henti kecuali oleh kelelahan fisik. Dan itu membuat pria bukan apa-apa dimata perempuan.
Perempuan harus tau tentang “Vagina vs Klitoris” yang jelas-jelas berbeda agar perhatiannya terfokus ketika menjalani hubungan seksual. Sekiranya dapat terjalin kesepakatan untuk memperoleh orgasme yang tepat dengan si pasangan.
Naomi menampar keras perempuan di luar sana agar lebih memperhatikan dan mencintai organ penting tubuhnya. Dan melihat sinisme pria yang tidak pernah tau dan kelihatan bodoh tentang kepekaan seksual. Walau di sisi lain ada kontroversi yang ditentang oleh teman-teman Naomi seperti Camile Paglia dkk.
Judul : V*gina : Kuasa dan KesadaranPenulis: Naomi Wolf
Penerbit: Odyssee Publishing
Cetakan: Cetakan pertama, Februari 2020
Tebal: 124 halaman
ISBN: 978-0-7334-2609-4
Peresensi: Pebri Widianto (Founder Literasi Millenials)