Judul : Stephen Hawking; Kiamat 100 Tahun lagi?
Penulis : Nina Artanti R dan Arief Rahmat
Penerbit : Media Pressindo
Cetakan : Pertama, 2017
Jumlah Halaman : x + 118 halaman
ISBN : 978-979-911-619-2
Peresesnsi : Joko Priyono*
Ketertarikan Hawking pada dunia fisika adalah saat beberapa kali diajak ayahnya, Frank ke laboratorium yang terletak di Mill Hill dalam keterlibatan penelitian penyakit tropis. “Hawking sangat menikmati itu, dan Frank terus mendorong Hawking agar tertarik pada ilmu pengetahuan dan matematika” (hlm. 31). Waktu demi waktu semakin berlalu.
Hawking lulus SMA di umur kisaran 17 tahun, kemudian resmi menjadi mahasiswa di Universitas Oxford pada bulan Desember 1959. Di umur yang masih muda semasa kuliah daripada yang teman-temannya.
Di awal-awal kuliah, Hawking menganggap pelajaran-pelajaran yang ada terlalu mudah. Hal tersebut membuat masa-masa awal kuliah menjadi masa yang tak terlalu menyenangkan. Ia sering bosan dan merasa kesepian. Tentu hal yang wajar.
Namun semuanya berubah seketika saat masuk tahun kedua kuliah di Oxford. “Menurut tutor fisikanya, Berman, Hawking berusaha keras untuk berbaur dan diterima oleh para mahasiswa lainnya. Ia mendadak menjadi sosok yang terkenal, bersemangat dan jenaka, tertarik pada musik klasik dan fiksi sains” (hlm. 33).
Sejalan dengan pendidikan yang sedang ditempuh, di awal tahun 1960, Hawking bertemu untuk pertama kali dengan Jane Wide, diperkenalkan oleh tamannya dalam sebuah acara pesta di kampus.
“Jane merupakan perempuan yang pertama kali ia temui pasca didiagnosis ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis)/ Sklerosis Lateral Amiotropik.
Yaitu penyakit syaraf motorik yang menyerang sel syaraf pengendali otot, menyebabkan tubuh lumpuh secara bertahap dan otot mengalami atrofi (penyusutan atau pengecilan ukuran suatu sel, jaringan, organ, atau bagian tubuh) dan kejang-kejang. Meski demikian, Jane menerima Hawking apa adanya” (hlm. 45).
Kuliah doktoralnya mulai tahun 1962 dan menyelesaikannya pada Maret 1966 di bidang matematika terapan dan fisika teoritis yang fokus pada relativitas umum dan kosmologi.
Kisah cinta dengan Jane berlanjut ketika keduanya memutuskan untuk menikah pada 14 Juli 1965.
Saat itu Jane masih menjadi mahasiswi strata satu di Westfield Collage, London. Sedangkan Hawking sesaat setelah mendapat beasiswa riset di Gonville dan bekerja di Caissu College.Kisah perjalanan cinta mereka bukan tanpa halangan maupun rintangan. Kondisi penyakit Hawking semakin melemahkan fisiknya.
“Suasana menjadi menghangat tatkala Jane merasa terganggu dengan banyaknya perawat dan asisten yang selalu menemani Hawking. Selain itu, perbedaan cara pandang mereka berkaitan dengan agama pun kian memperuncing keadaan, Hawking adalah seorang agnostik, sementara Jane adalah penganut Kristiani yang taat” (hlm. 50).
Dalam masa kerenggangan pernikahannya dengan Jane, Hawking menjadi dekat dengan salah seorang perawatnya, Elaine Mason. “Hawking mendeskripsikan hubungannya dengan Elaine sebagai hubungan yang penuh gairah dan bergelora” (hlm. 50).
Hubungan dengan Jane yang selama pernikahan telah dikaruniai tiga anak keturunan berakhir, tatkala Hawking dan Elane memutuskan untuk menikah pada tahun 1995. Selang sembilan bulan kemudian, Jane juga kembali menikah dengan salah seorang pemain organ, Jonathan Hellyer Jones. Pernikahan Hawking yang keduanya kalinya pun berakhir, saat tepat pada 2006 memutuskan untuk cerai.
Cakrawala Pengetahuan
Fisikawan masyhur karena teori mengenai kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam hingga radiasi Hawking tersebut pernah menyatakan prediksinya bahwa umur Bumi hanya bertahan sampai 10.000 tahun ke depan.Kemudian merevisinya saat berkesempatan mengisi kuliah umum di Universitas Cambridge menjadi 1.000 tahun. Enam bulan setelah itu, ia kembali mengoreksinya yakni menjadi 100 tahun.
Hawking pesimis dengan kondisi Bumi yang rapuh dengan segudang ancaman
. “dalam tulisannya yang berjudul ‘Ini adalah saat yang paling berbahaya bagi planet kita’ yang dimuat The Guardian, ahli fisika teoritis kelahiran Inggris tersebut mengingatkan hendaknya manusia mempererat persatuan dan kerja sama untuk menghadapi ancaman kepunahan Bumi” (hlm. 3).
Poin-poin secara keseluruhan yang menjadi ancaman di Bumi itu masing-masing adalah: perang nuklir, pemanasan global, penyakit masa depan, kelebihan populasi dan produksi pangan, pengasaman laut, ancaman asteorid, invasi Alien, Artificial Intelligence (AI) dan robot serta partikel Tuhan.
Bahkan, yang lebih menohok sebagaiman pernah diungkapkan Hawking adalah terkait strategi yang bisa dilakukan, menindaklanjuti ancaman-ancaman. Dalam salah satu kesmpatan Talk Show, Hawking pernah berujar, ‘kita harus melanjutkan eksplorasi menuju planet baru demi masa depan kemanusiaan’.
“Misi mencari planet yang dapat ditinggali memang terus diupayakan. Hingga saat ini, penemuan planet alternatif yang berpotensi dihuni sudah hampir mencapai sekitar lebih dari selusin. Termasuk ditemukannya tujuh exoplanet, planet-planet yang berada di luar tata surya, yyang tiga diantaranya ditengarai layak huni” (hlm. 21).
Tidak menjadi hal yang mengherankan ketika gairah Hawking tersebut dapat dibuktikan yaitu dengan dukungannya terhadap proyek Breakthrough Starshot. “Tujuan dari proyek tersebut adalah untuk mengembangkan laser propelled ‘nanoprobes’ yang dapat melakukan perjalanan di luar tata surya ke arah bintang terdekat, Alpha Centauri” (hlm. 21).
“Pada 1986, Hawking menerima sebuah program komputer yang disebut dengan Equalizer dari Walter Woltosz. Dengan mesin ini, Hawking hanya tinggal mengklik ungkapan, kata atau bahkan huruf yang tersedia dalam program itu. Seorang ahli komputer memasang komputer kecil di kursi roda Hawking” (hlm. 60).
Setelah kehilangan fungsi tangannya, pada tahun 2005, Hawking mulai mengoperasikan alat komunikasi dengan menggunakan pergerakan otot pipinya, dan rata-rata satu kata membutuhkan waktu satu menit. Tahun 2009, ia sudah sama sekali tak bisa mengendalikan kursi rodanya sendiri.
Daftar penghargaan yang pernah diterima, diantaranya: Adams Prize (1966), FRS (1974), Eddington Medal (1975), Maxwell Medal and Prize (1976), Heineman Prize (1976), Hughes Medal (1976), Albert Einstein Award (1978), CBE (1982), RAS Gold Medal (1985), Dirac Medal (1987), Wolf Prize (1988), CH (1989), Prince of Asturias Award (1998), Naylor Prize and Lectureship (1999), Liliendfeld Prize (1999), Albert Medal (Royal Society of Arts) (1999), Copley Medal (2006), Presidential Medal of Freedom (2009), Fundamental Physics Prize (2012), FRSA and BBVA Foundation Frontiers of Knowledge Award (2015).
Tak sedikit juga dengan pencapaian prestasi yang telah dicapai oleh Hawking, tak sedikit juga di kalangan pengamat maupun ilmuwan menyandingkan Hawking dengan beberapa ilmuwan yang masyhur juga, seperti: Galileo Galilei, Isaac Newton atau bahkan Albert Einstein.
Pada Desember 1999, jurnal Physics World mempublikasikan hasil-hasil sebuah jajak pendapat tentang beberapa ahli fisika bertaraf dunia.
Dimana mereka diminta untuk menyebutkan lima ahli fisika yang telah memberikan kontribusi yang penting dalam bidang tersebut. Secara total, ada 61 nama yang disebut pada daftar-daftar yang diberikan.
Ilmuwan yang menempati posisi tertinggi pada polling tersebut adalah Albert Einstein dengan 119 suara, kemudian diikuti oleh Isaac Newton dengan 96 suara.
Perolehan ilmuwan lain: Maxwell (67), Bohr (47), Heisenberg (30), Galileo (27), Feynman (23), Dirac (22), dan Schrodinger (22). Kesemuanya dalam sepuluh besar. Sementara itu, hanya satu dari 130 responden yang menempatkan Hawking dalam daftarnya.
Begitulah kurang lebih dari kehidupan Stephen Hawking dengan berbagai lika-liku yang telah dilaluinya. Juga gagasan serta pemikirannya yang telah menjadi bagian penting dalam perkembangan sejarah ilmu pengetahuan, khususnya fisika kuantum, kosmologi, teori alam semesta, lubang hitam maupun lubang cacing.
Buku Stephen Hawking; Kiamat 100 Tahun lagi? sedikit menjelaskan akan perihal itu. Karena buku ini terbit pertama kalinya pada tahun 2017, jadi hanya bagian kehidupan Stephen Hawking saja yang dituliskan. Karena perlu diketahui, tepat pada saat peringatan hari kelahiran Albert Einstein yang ke-139 pada 14 Maret 2018 kemarin, Hawking meninggal dunia.[]
*Menempuh Studi di Jurusan Fisika Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sejak tahun 2014. Menulis esai, cerita pendek dan resensi. Buku yang pernah diterbitkan: Manifesto Cinta (2017) dan Bola Fisika (2018).