Dari
tujuh presiden yang pernah memimpin Indonesia, mulai dari Bung Karno sampai Jokowi,
kenapa ya cuma Gus Dur (1940 – 2009) yang ‘punya’ buku kumpulan humor? Buku
humornya pun bukan Gus Dur sendiri yang menulis, tapi orang-orang yang dekat
atau setidaknya mengenalnya dan pernah mengalami momen kelucuan bersama Gus Dur.
Sampai
saat ini lalu lintas humor Gus
Dur sering mewarnai beranda media sosial
dan direproduksi oleh para penulis melalui website artikel. Juga tak bisa
dilupakan peran para Kyai atau Gus (selain Dur) yang mengisahkan humor-humor
Gus Dur saat mengisi pengajian hingga pelosok-pelosok Desa. Acap kali status di
medsos atau ceramah Pak Kyai menggunakan humor Gus Dur untuk merespon peristiwa
yang membuat masyarakat resah hingga kritik nan menggelitik.
Januari
lalu ada humor
Gus Dur tentang polisi jujur yang dijadikan status oleh salah satu pengguna
Facebook di Maluku Utara. Lembaganya ‘merasa’ dikritik, polisi setempat
memerintahkan penulis status itu diciduk. Rupanya banyolan Gus Dur masih
relevan!
Ingatan-ingatan
tentang Gus Dur (baca: juga humornya) terus direproduksi hingga muncul banyak
versi dari kisah aslinya, namun value-nya
tetap sama. Atau jangan-jangan Gus Dur lebih dikenal dengan humornya oleh
masyarakat dari pada karya aslinya yang banyak itu (?)
Kembali
ke soal buku humor Gus Dur, bisa kita lihat penerbit buku humor Gus Dur itu
amat beragam. Mulai dari buku yang diterbitkan dengan jilidan staples berkertas buram, dijual dengan harga
10.000-an dan biasanya ada di kios
buku pasar tradisional serta emperan jalan (juga biasanya bersanding dengan
buku Pepak Basa Jawa, Kamus Bahasa
Inggris 100 Triliun Kata, dan poster nama-nama hewan, cek saja sendiri!).
Tetapi tentu ada juga yang dari
penerbit besar dengan cetakan dan cover yang apik juga. Tentunya berjejeran
dengan buku-buku asli karya Gus Dur, kumpulan artikel Gus Dur, atau buku yang
mengkaji pemikiran beliau. Bagi saya yang mengamati fenomena tersebut, humor-humor
Gus Dur sah-sah saja dikutip
siapapun, termasuk kasus penulisan humor Gus Dur untuk status Facebook, tanpa
harus menyertai “sumbernya” dari mana laiknya kutipan akademis. Inilah yang
menjadikan humornya amat merakyat.
Humor Gus Dur biasanya berupa anekdot. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot berarti cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya
mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Salah satu andekdot humor Gus Dur itu dikumpulkan dan
dibukukan serta diberi judul Presiden Dur Yang Gus Itu: Anehdot-anehdot K.H.Abdurrahman Wahid (2002) terbitan Risalah Gusti. Buku yang terbit satu tahun setelah
Gus Dur lengser dari kursi presiden ini berisi 75 anekdot dan diberi pengantar
oleh Kang Sobary (Muhammad Sobary).
Kang Sobary mengantar pembaca dengan jenaka, “Presiden pertama kita”, kata Gus Dur, “disebut gila wanita. Presiden
kedua, gila harta. Presiden ketiga gila beneran. Dan presiden keempat?” Kata
Gus Presiden sendiri, “Dia membikin orang lain jadi gila” .
Buku ini dibagi dalam empat bab yang berisi “Cerita Bersumber dari
Gus Dur, Cerita Berkenaan dengan Gus Dur, Sense
of Humor Gus Dur di Mata Para Tokoh, dan Komentar Para Tokoh”. Namun
uniknya adalah semua anekdot ini memiliki sumber kutipan anekdot. Mulai dari
majalah Panjimas, koran Warta, pidato-pidato Gus Dur di acara Nahdlatul Ulama
dan acara pondok pesantren, sampai cerita dari masyarakat yang mendengar cerita
Gus Dur.
Namun kisah-kisah humor Gus Dur itu tidak hanya terbatas pada
buku-buku kumpulan anekdot Gus Dur. Penulis lain banyak yang mengisahkan
humornya. Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) adalah salah satunya. Di dalam bukunya
yang berjudul Demokrasi Tolol Versi
Saridin (1998), Cak Nun menceritakan ‘keluguan’ aparat ketika ditugaskan
membubarkan ceramah Gus Dur di salah satu kampus ternama.
Pak PR-III (pembantu Rektor-III) yang segera memanggil mahasiswa
untuk menjelaskan dan segera Pak PR dipanggil aparat dan diminta menjelaskan.
Sang PR-III menjelaskan: “Maaf, Pak. Saya ini dijebak oleh mahasiswa,
jadi ya saya izinkan: mosok saya keberatan wong yang diundang Gus Dur. Tapi
ternyata lha kok yang datang itu KH. Abdurrahman Wahid!” Setelah memperoleh
penjelasan panjang lebar, sang aparat mafhum dan berkata: “Kalau begitu lain kali yang teliti. Kalau ngundang Gus Dur ya jangan
sampai yang hadir Abdurrahman Wahid atau orang lainnya lagi”.
Kesan
lain dituliskan Gus Mus, sahabat Gus Dur semasa mahasiswa di Al-Azhar, Mesir. Beliau mencatat, “Salah satu penopang kesuksesan Gus Dur
adalah humornya. Gus Dur cerdas. Yang jelas ada korelasi antara kecerdasan dan
humor. Orang yang tidak cerdas biasanya tidak bisa menciptakan humor (h.104)”.
Selain
faktor kecerdasan, lingkungan pesantren juga membentuk sense of humor-nya. Hal itu dituliskan oleh Kang Sobary, “Latar belakang pesantren tradisional telah
mencetak kehidupan Gus Dur yang kaya humor. Karena kehidupan pesantren begitu
monoton, orang mencairkannya dengan humor. Humor merupakan kreativitas dalam
keterjepitan dan ciri sebuah kedewasaan (h.98)”. Tentunya tiap orang punya
kesannya masing-masing akan sosok Gus Dur.
Buku
ini melukiskan indah sosok Gus Dur yang dikenal sebagai sosok humanis, pejuang
kemanusiaan, politikus nyentrik, hingga
Waliyullah yang dibungkus humor. Di juluki Waliyullah karena banyak pengalaman yang dituliskan tentang karomah beliau dan beberapa tertulis
dalam buku ini.
Hingga
saat ini banyak orang mengatakan bahwa sosok Gus Dur adalah representasi sosok
ideal presiden Indonesia. Menurut penulis, bagi umat Islam di Indonesia (catat! yang suka humor dan banyolan) tak
lengkap rasanya jika tidak memiliki buku kumpulan anekdot Gus Dur yang ditata
rapi dengan kitab kumpulan humor
Kanjeng Nabi Muhammad, dan kumpulan kisah jenaka Abu Nawas, Nashruddin Hoja! Saya sengaja tidak
membocorkan anekdot lainnya, biar kalian nyari bukunya sendiri.
Judul buku : Presiden
Dur Yang Gus Itu: Anehdot-anehdot K.H.Abdurrahman Wahid
Pengarang : M. Mas’ud
Adnan (editor)
Penerbit : Risalah
Gusti
Kota Terbit : Surabaya
Tahun Terbit : Maret 2020
Tebal halaman : xx + 111
halaman
ISBN : 979 – 556 – 025 – 5
Peresensi : Maulana Malik Ibrahim (Santri Ponpes
RKSS)